Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik mencatat realisasi kinerja impor Indonesia pada Februari 2020 tercatat US$11,6 miliar atau turun 18,69 persen dari periode Januari 2020 (mtm) US$14,27 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS RI Yunita Rusanti mengatakan penurunan tersebut terjadi untuk komoditas migas dan nonmigas.
"Penurunan impor pada Februari 2020 cukup dalam, yaitu turun 18,69 persen dibandingkan Januari 2020," katanya dalam siaran langsung melalui akun Youtube BPS RI, Senin (16/3/2020).
Dia menuturkan impor migas turun 12,05 persen dan nonmigas turun 19,77 persen. Jika dilihat dari tahun ke tahun (year on year), impor RI turun 5,11 persen dari US$12,23 miliar menjadi US$11,60 miliar.
"Impor migas naik 10,33 persen [yoy]. Sementara itu, impor migas tetap turun 7,40 persen," imbuhnya.
Yunita memaparkan tren penurunan impor terjadi untuk semua jenis kebutuhan, yaitu konsumsi (39,91 persen) bahan baku penolong (15,89 persen), dan barang modal (18,03 persen).
Untuk kategori barang konsumsi, lanjutnya, penurunan terbesar terjadi pada komoditan tank dan senjata lainnya, buah pear, mainan bukan plastik, alas kaki bukan plastik, dan lainnya.
Impor bahan baku penolong yang mengalami penurunan yaitu Ron 88 dari Singapura dan Malaysia. Prophan untuk gas elpiji, serta spare part handphone.
"Penurunan impor dari China mendominasi Februari 2020 sebesar US$1.954 juta. Ini berlaku untuk kategori mesin dan perlengkapan elektrik, mesin dan peralatan mekanik, plastik dan barang dari plastik," jelasnya.
Impor dari Hong Kong mengalami penurunam US$116,5 juta untuk mesin dan perlengkapan elektrik, kain rajutan, dan kapas. Selain itu, impor Indonesia dari Korea Selatan turun US$113,7 kapal, kain rajutan, dan bahan bakar mineral.
Seperti diketahui, wabah virus Corona mulai menjangkiti penduduk di Wuhan, China pada akhir Januari 2020 atau setelah Tahun Baru Imlek. Virus Corona atau Covid-19 lantas menyebar ke berbagai belahan dunia dan ditetapkan sebagai wabah pandemik oleh WHO.