Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Capaian Target Ekspor Nonmigas 2020 Bergantung Pada Corona

Target ekspor nonmigas sebesar 5,2 persen pada 2020 bakal sangat tergantung pada berapa lama wabah virus corona dapat dibendung di China.

Bisnis.com, JAKARTA — Proses pemulihan ekonomi China diperkirakan tak akan serta-merta membuat Indonesia mudah mengejar target surplus perdagangan senilai US$300 juta dan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 5,2 persen pada tahun ini.

Ekonom memperkirakan capaian dari target tersebut bakal sangat tergantung pada berapa lama wabah virus corona dapat dibendung di China sebagai mitra dagang terbesar RI.

"Peningkatan ekspor nonmigas tergantung bagaimana wabah corona dapat teratasi. Jika dalam satu semester mereda, kita bisa pemulihan pada semester kedua. Misal lamban penangannya, ekspor bisa terganggu," ujar Ekonom CORE Mohammad Faisal ketika dihubungi Bisnis, Selasa (10/3/2020).

Target surplus neraca perdagangan pun disebutnya bakal sulit tercapai. Alih-alih mencapai surplus, dia memperkirakan defisit bakal menyempit lantaran terjadi penurunan impor akibat terkoreksinya pemasukan bahan baku dan bahan penolong industri.

Adapun dari sisi ekspor barang mentah, Faisal mengatakan disrupsi bakal banyak disebabkan oleh logistik yang terganggu serta melemahnya permintaan dari China. Harga komoditas andalan pun cenderung tertekan sebagai imbas dari penurunan harga minyak.

"Namun saya perkirakan CPO kita tidak akan turun terlalu dalam karena ketergantungan ke China tidak besar. Kita masih punya pasar besar lainnya seperti India," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kasan Muhri mengemukakan pemerintah akan memprioritaskan sejumlah produk untuk mencapai target peningkatan ekspor nonmigas.

Produk-produk ini mencakup barang manufaktur dan olahan sumber daya alam seperti makanan dan minuman, otomotif, elektronik, tekstil dan produk tekstil, produk kimia, dan furnitur.

"Peningkatan ekspor untuk mencapai target tersebut bakal menyasar pasar di luar negara utama seperi ke Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, dan negara Asean seperti Myanmar," papar Kasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper