Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2025 sebesar 2,8%.
Hal itu tercantum dalam dokumen World Economic Outlook (WEO) edisi April 2025 yang diterbitkan pada Selasa (22/4/2025). IMF menilai bahwa tekanan ekonomi global masih akan berlanjut pada 2025 karena serangkaian guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tarif Trump atau tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi sorotan, terutama karena berada pada tingkat tertinggi dalam satu abad terakhir. Kebijakan Presiden AS Donald Trump itu menjadi guncangan besar terhadap ekonomi global dan membuat proyeksi menjadi sulit.
IMF memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan turun menjadi 2,8%. Padahal, pada awal tahun ini, IMF masih memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,3%.
"Pertumbuhan global diperkirakan turun menjadi 2,8% pada 2025 dan 3% pada 2026, dari 3,3% untuk kedua tahun menurut WEO Januari, penurunan kumulatif sebesar 0,8 poin persentase, dan jauh di bawah rata-rata historis 3,7% [2000—2019]," dikutip dari laporan IMF pada Selasa (22/4/2025).
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju 1,4% pada tahun ini, dengan pertumbuhan ekonomi AS turun menjadi 1,8% dari sebelumnya 2,7%. Adapun, di negara-negara berkembang, pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan menjadi 3,7%, dengan penurunan terbesar di negara-negara terdampak tarif Trump—terutama China.
Baca Juga
Lembaga yang pernah dipimpin oleh Sri Mulyani Indrawati itu juga memproyeksikan inflasi global turun menjadi 4,3% pada 2025 dan menjadi 3,6% pada 2026. Inflasi di negara maju diperkirakan naik, sedangkan di negara berkembang akan sedikit turun.
Risiko ekonomi global ke depannya didominasi oleh dampak perang dagang yang semakin intensif, risiko guncangan karena terbatasnya ruang kebijakan, ketidakstabilan pasar keuangan global dan volatilitas nilai tukar, hingga risiko tekanan lebih besar di negara berpendapatan rendah.
Berlakunya tarif Trump menjadi variabel besar dalam perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya tarif yang tinggi, ketidakpastian dalam pelaksanaannya pun berisiko memperburuk aktivitas ekonomi.
Laporan IMF itu menyajikan proyeksi acuan (reference forecast) berdasarkan informasi hingga 4 April 2025, termasuk tarif resiprokal yang berlaku 2 April 2025 dan berbagai respons awalnya. Proyeksi IMF juga disertai dengan berbagai skenario mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi global, berdasarkan asumsi kebijakan perdagangan yang berbeda.