Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan memproyeksi defisit APBN tahun ini berpotensi naik pada level 2,2 persen hingga 2,5 persen seiring dengan ketidakpastian ekonomi akibat wabah virus corona atau Covid-19.
"Yang saya sampaikan tadi itu masih indikasi sangat awal. Apa yang terjadi dari 2 bulan pertama ini dengan perubahan yang sangat banyak terutama pada kejadian akibat corona virus ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/3/2020).
Menkeu menjelaskan saat ini fokus pemerintah menyusun formula untuk stimulus yang tepat dengan dengan perubahan yang begitu cepat. Kementerian Keuangan telah menggelontorkan Rp10,3 triliun guna merespons dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia.
Sri Mulyani menjelaskan Covid-19 juga telah memukul pasar keuangan di sejumlah negara. "Makanya yang muncul adalah mereka membeli surat berharga. Treasury sekarang di Amerika Serikat 10 tahun, belum pernah terjadi yield-nya turun di bawah 1 persen," katanya.
Selain Covid-19, harga minyak dunia juga tengah terjadi dinamika. Harga minyak dalam dua hari terakhir turun signifikan akibat Arab Saudi dan Rusia.
"Jadi untuk tahun 2020, kita akan terus menggunakan instrumen fiskal kita, memang suasananya sangat dinamis namun kita akan tetap mencoba merumuskan kebijakan fiskal untuk meminimalkan dampak negatif yang berasal dari Covid-19," jelas Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel