Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas manufaktur Indonesia mencatatkan ekspansi untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2020 sejak delapan bulan terakhir.
Berdasarkan rilis IHS Markit, indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur Indonesia pada bulan lalu naik ke posisi 51,9 dari 49,3 pada bulan Januari 2020. Angka ini sekaligus merupakan yang terkuat sejak pertengahan 2018.
Terakhir kali PMI manufaktur Indonesia mencatat level di atas 50, yang menandakan level ekspansi, adalah pada bulan Juni 2019.
Ekonom Bloomberg, Tamara Mast Henderson, mengatakan capaian Indonesia ini berbanding terbalik dengan negara-negara lain di Asia, yang menjadi lebih pesimistis ketika virus corona menyebar dan China memerintahkan para pekerja untuk tinggal di rumah.
“(Sektor manufaktur Indonesia) tidak langsung terkait dalam rantai pasokan global dan pemerintah mempercepat reformasi yang akan meningkatkan iklim bisnis dan menarik investasi,” ungkap Tamara, Senin (2/3/2020), seperti dikutip Bloomberg.
Tamara mengungkapkan, di antara negara lain di Asia, hanya Indonesia dan Filipina yang melaporkan PMI di wilayah ekspansi di atas 50 untuk Februari. Kedua negara juga mengalami peningkatan pada bulan Februari dan mengurangi ketergantungannya terhadap perdagangan.
Selain itu, kuatnya indeks manufaktur ini dipengaruhi oleh pertumbuhan pengeluaran rumah tangga, yang menjadi pendorong utama pertumbuhan Indonesia, yang cenderung relatif stabil. Terlebih lagi, Indonesia sejauh ini belum melaporkan kasus virus corona.
Barang-barang manufaktur merupakan bagian kecil (15,8% pada 2019) dari ekspor barang dagang Indonesia, hanya 15,8 persen dari total ekspor pada tahun 2019. Selain itu, sejumlah produsen juga dapat mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan global untuk persediaan yang berhubungan dengan medis karena meningkatnya kekhawatiran seputar virus corona.
Namun, Tamara mengungkapkan ekonomi Indonesia tidak kebal terhadap kondisi finansial global. Hal ini dikarenakan ekspor Indonesia cenderung berbasis komoditas.
“Jadi karena virus ini berakar di ekonomi global dan berdampak pada banyak mitra dagang Indonesia, peningkatan PMI manufaktur Indonesia ini mungkin tidak akan berlangsung lama,” ungkapnya.