Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat konsumsi semen akan melorot pada awal 2020. Kendati demikian, pelaku usaha tetap optimistis peningkatan konsumsi pada 2020 akan lebih baik dari realisasi tahun lalu dengan pertumbuhan 0,5 persen.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mengatakan konsumsi semen seluruh pulau menunjukkan penurunan pada Januari 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kecuali Maluku dan Papua. Adapun, konsumsi di Maluku dan Papua melesat sebesar 25,5 persen menjadi 207.000 ton secara tahunan pada Januari 2020.
"[Pulau] Jawa dan Sumatra mengalami penurunan drastis sekitar 10 persen [secara tahunan], sehingga [konsumsi] domestik cukup besar turunnya karena share-nya sekitar 75 persen," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2020).
Adapun, penurunan terbesar terjadi pada pulau Sumatra yakni turun 10,5 persen atau sekitar 1,176 juta ton di awal 2020 menjadi 1,053 juta ton.
Dengan turunnya konsumsi semen di pulau Jawa sebesar 9,6 persen menjadi 2,86 juta ton, konsumsi semen awal 2020 merosot 5,4 persen menjadi 5,549 juta ton.
Widodo memperkirakan kontraksi konsumsi awal tahun tersebut disebabkan oleh bencana banjir yang terjadi di sejumlah daerah. Selain itu, lanjutnya, belum ada proyek konstruksi maupun infrastruktur yang mulai.
Baca Juga
Secara historis, ujar Widodo, proyek konstruksi dan infrastruktur akan dimulai pada triwulan kedua. Widodo berharap konsumsi semen pada tahun ini akan berakselerasi lantaran anggaran pembangunan infrastruktur pemerintah pada tahun ini naik sekitar 6 persen.
Di sisi lain, Widodo mendata ekspor semen dan clinker meroket secara tahunan sebesar 40 persen menjadi sekitar 350.000 ton. Oleh karena itu, Widodo mengimbau agar para produsen tetap meningkatkan ekspor untuk sedikit mengungkit utilitas pabrikan.
Adapun, Widodo menghitung industri semen nasional saat ini memiliki kapasitas idle sekitar 35 juta ton. Menurutnya, angka tersebut akan bertambah menjadi 41 juta ton lantaran akan ada tiga pabrikan yang akan operasional pada semester II/2020.
"Karena operasinya masih percobaan. Jadi, operasinya tidak banyak, mungkin 2 juta--2,5 juta ton. Tapi, [tekanan pada industri semen nasional akan] makin berat," katanya.
Tahun lalu, utilitas rata-rata pabrikan semen pada tahun lalu berada di level 68,73 persen. Angka tersebut naik 553 basis poin (bps) dari tahun sebelumnya di posisi 63,2 persen. Adapun, enam dari tujuh pabrikan pada 2018 memiliki utilitas di bawah 60 persen dengan pabrikan terendah memiliki utilitas 27,8 persen.
Adapun, ketiga pabrikan semen anyar tersebut akan berada di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur yakni di Jember, Grobokan, dan Bayat. Berdasarkan penelusuran Bisnis, ada dua pabrikan yang akan mulai beroperasi pada tahun ini di Jember dan Grobogan yakni PT Semen Imasco Asiatic Raya dan PT Semen Grobokan.
PT Semen Imasco Asiatic Raya tercatat telah menelan investasi senilai Rp5 triliun dan akan memiliki kapasitas terpasang sebesar 1,5 juta ton per tahun. Perusahaan patungan antara Hongshi Holding Group dan PT Semen IMASCO Asiatic Indonesia akan memanfaatkan 100 juta ton batu kapur sebagai bahan baku.
Sementara itu, PT Semen Grobogan menelan investasi hingga US$300 juta dengan kapasitas terpasang 5 juta ton. Dengan kata lain, pabrikan semen di Bayat akan memiliki kapasitas terpasang sekitar 1,5 juta ton.