Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Hantui Neraca Perdagangan Indonesia Sepanjang 2020, Ada Apa?

Potensi defisit neraca dagang berasal dari melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan meluasnya wabah virus Corona dari China ke negara lain.
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa ekonom memprediksi neraca perdagangan Indonesia akan mengalami defisit sepanjang 2020.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asworo mengatakan potensi defisit neraca dagang berasal dari melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan meluasnya wabah virus Corona dari China ke negara lain.

"Dampak virus Corona mungkin lebih besar dibandingman katalis positif dari kesepakatan perdagangan fase satu Amerika Serikat-China sehingga membebani ekspor Indonesia," katanya, Senin (17/2/2020).

Dia menuturkan upaya pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi domestik pasti membutuhkan impor bahan baku dan barang modal. Karena itu, Andri memprediksi nilai impor Indonesia akan bertambah.

Dampaknya, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada 2020 diproyeksikan melebar ke 2,88 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau meningkat dibandingkan realisasi 2019 sebesar 2,72 persen dari PDB.

Namun, dia masih memperkirakan cadangan devisa meningkat menjadi US$130 miliar - US$133 miliar pada akhir 2020. Prediksi tersebut sebagian besar disebabkan oleh sikap moneter dovish The Fed yang mungkin masih menarik aliran masuk modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Bersama dengan inflasi domestik yang rendah dan stabil, kami melihat bahwa masih ada ruang, namun terbatas, bagi Bank untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen pada semester I/2020 untuk mendukung ekspansi ekonomi domestik di tengah lingkungan pertumbuhan global yang lesu," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank UOB Enrico Tanuwidjaja berharap penyebaran virus Corona dapat segera dibendung sehingga tidak menimbulkan kontraksi ekonomi lebih dalam dan ekspansi pada semester I/2020.

"Ukuran pasar domestik Indonesia yang relatif besar akan menjadi bantalan untuk melindungi wabah virus Corona," imbuhnya.

Meski demikian, dia menturkan belum tahu kapan wabah corona dapat berhenti mengingat kondisi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.

Untuk itu, Enrico mengingatkan pemerintah agar mempercepat reformasi kebijakan struktur, misalnya Omnibus Law dan peningkatan investasi langsung (foreign direct investment).

"Pemerintah harus bekerja lebih keras dan menyusun strategi diversifikasi ekspor-impor untuk mengimbangi ketergantungan yang berlebihan pada China," jelasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$870 juta. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$14,28 miliar. 

BPS mencatat ekspor nonmigas per Januari 2020 mencapai US$12,61 miliar atau turun 5,33 persen dibandingkan Desember 2019. Jika mengacu pada periode yang sama tahun lalu, ekspor januari 2020 turun sebesar 0,69 persen (yoy). 

Penurunan ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewani/nabati sebesat US$703,2 juta (34,08 persen). Di sisi lain, terjadi peningkatan pesat pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$219 juta (57,84 persen). 

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Januari 2020 mencapai US$14,28 miliar. Realisasi tersebut turun dari US$14,51 miliar pada Desember 2019 atau 1,6 persen (mtm) dan merosot dari US$14,99 miliar pada Januari 2019 atau setara dengan 4,78 persen (yoy). 

Impor nonmigas Januari 2020 mencapai US$12,29 miliar. Impor nonmigas tercatat turun 0,69 persen dibandingkan Desember 2019 (mtm) dan 7,85 persen dibandingkan Januari 2019 (yoy). 

Lebih lanjut, impor migas Indonesia pada awal 2020 tercatat US$1,99 miliar atau turun 6,85 persen (mtm) dan mengalami kenaikan 19,95 persen (yoy). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper