Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti mengalami tidur panjang, sudah tujuh tahun lamanya. Sejumlah pengembang menilai daya beli masyarakat mengalami penurunan lantaran kondisi perekonomian nasional yang juga stagnan.
Namun, menurut Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida, sebetulnya yang turun bukan daya beli. Pelemahan di pasar properti menurutnya karena ada pergeseran perilaku konsumen.
Menurut Totok, ada satu segmen yang pangsa pasarnya besar tetapi masih belum tersentuh, yakni masyarakat berpenghasilan tidak tetap atau pekerja informal.
“Kalau ditanya masalah bunga bank, relaksasinya sudah cukup banyak, tetapi dari sistem realisasi KPR masih banyak belum tersentuh, salah satunya yang berpenghasilan tidak tetap,” katanya saat ditemui Bisnis di kantor DPP REI di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Kaum milenial, imbuhnya, yang saat ini pangsanya mencapai 60 persen dari keseluruhan penduduk banyak yang memilih untuk menjadi pengusaha, sehingga semakin banyak pekerja informal.
Menurutnya, milenial yang menjadi pengusaha ini sebenarnya memiliki potensi besar yang harusnya diberi kemudahan.
Baca Juga
“Harus dinilai sampai sejauh mana mereka bankable, itu yang sedang kita perjuangkan. Kalau yang sudah punya usaha rintisan ya pasti bankable, tetapi masih ada juga yang baru mulai usaha, catering, jualan online yang mungkin masih meragukan,” ujarnya.
Adapun, upaya REI untuk memperjuangkan kaum tersebut ungkap Totok adalah dengan mendorong program tabungan. Menurutnya, jika selama tiga bulan tabungannya stabil, maka bisa diberi izin KPR, karena sebetulnya segmen tersebut punya kemampuan.
“Usulannya sudah disampaikan dan lagi dipelajari, supaya jangan sampai menurut perbankan jadi NPL [Non-Performing Loan].”
Terkait hal ini, Totok juga menyayangkan milenial yang punya daya beli tapi tidak mau membeli rumah karena lebih memprioritaskan untuk menghabiskan uangnya pada kegiatan pengisi waktu luang, seperti liburan dan mencari hiburan.