Bisnis.com, JAKARTA - Harga baja impor terkena dampak virus Covid-19, nama resmi virus Corona. Untuk sementara baja yang dipasok dari China tak lagi dikenakan harga berdasarkan perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement antara China dan negara-negara Asean.
“Jadi harga yang diterima industri sekarang itu harga normal, bukan harga yang berkaitan dengan FTA Asean-China,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang usai rapat terbatas tentang Ketersediaan Bahan Baku Bagi Industri Baja dan Besi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Kendati demikian, secara kuantitas pasokan impor baja dari China belum terkendala. Industri menyesuaikan diri dengan harga yang lebih mahal tersebut.
Agus menjelaskan FTA yang tidak berlaku untuk sementara itu disebabkan ketidakhadiran petugas administrasi yang mengurus FTA China-Asean. Seperti diketahui wabah virus Covid-19 membuat produktivitas di negara tersebut tertekan.
Covid-19 telah menyerang 44.685 orang di China. Lebih dari 1.000 orang di Negeri Tirai Bambu dilaporkan meninggal dunia akibat serangan virus tersebut.
Sementara itu di Indonesia, Managing Director of Development Policy and Partnership World Bank Mari Elka Pangestu memproyeksi Covid-19 berpotensi menyeret pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang dari 5 persen. Berdasarkan APBN 2020, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.
Baca Juga
Setiap perlambatan ekonomi China sebesar 100 basis poin (bps), Indonesia akan terdampak sebesar 30 bps. Proyeksi ekonom dunia, kata Mari, virus Corona akan membuat pertumbuhan ekonomi China melambat 100 bps hingga 300 bps.
"Sebenarnya di bawah atau di atas 5 buat saya bedanya tidak besar, yang penting kita harus merasa beruntung kita bisa mempertahankan stabil di 5 itu sudah sangat baik saat dunia seperti ini," kata Mari usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2/2020).