Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APHI: Pelaku Usaha Perhutanan Sosial Sebaiknya Diberi Insentif

Untuk mendorong industri berbasis perhutanan sosial, perlu diberi kemudahan untuk mendirikan izin industri pengolahan di dekat area kerjanya.
Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya (berjaket biru) saat meninjrau kondisi perhutanan sosial di Kawasan Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Rabu (21/11/2018)./Bisnis-Dinda Wulandari
Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya (berjaket biru) saat meninjrau kondisi perhutanan sosial di Kawasan Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Rabu (21/11/2018)./Bisnis-Dinda Wulandari

Bisnis.com, JAKARTA — Kelompok Usaha Perhutanan Sosial dinilai layak mendapatkan insentif ketika pemerintah juga ingin mendorong pertumbuhan industri pada segmen tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto mengatakan pada prinsipnya, untuk mendorong industri berbasis perhutanan sosial, perlu diberi kemudahan untuk mendirikan izin industri pengolahan di dekat area kerjanya.

Alhasil, biaya pengangkutan yang harus dirogoh pelaku usaha dapat ditekan dan dapat langsung mengolah produk dalam keadaan segar.

"Hal lain, perlu ada insentif keringanan pembayaran kewajiban Pendapatan Negara Bukan Pajak [PNBP] untuk pelaku usaha itu," katanya kepada Bisnis, Senin (10/2/2020).

Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Supriyanto mengatakan selama ini memang belum pernah menerapkan insentif untuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Namun, ke depan pihaknya memang akan mempertimbangkan masukan tersebut.

Menurutnya, dari 6.411 unit izin usaha baru 1 persen atau 47 KUPS yang masuk kategori tertinggi atau platinum. Pada kategori ini artinya mereka telah memiliki perluasan pasar hingga regional atau ekspor.

"Lahan yang belum terdistribusi usaha masih luas atau ada 9,58 juta hektare lagi. Dengan insentif saya yakin akan dapat menarik masyarakat untuk mau mengolah maupun memaksimalkan usahanya, kami masih coba kembangkan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper