Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha menilai program percepatan operasional PT Trans Pacific Petrochemical Indonesia (TPPI) yang direncankan pemerintah pada tahun ini belum akan mendukung daya saing industri khususnya serat.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan operasional TPPI yang dipercepat merupakan sebuah berita bagus. Namun, pengurangan impor bahan baku hanya akan berkisar 20 persen.
"Kalau sekarang impor bahan baku masih 70 persen - 80 persen sedangkan dengan TPPI diproyeksi hanya akan turun menjadi 40 persen - 50 persen. Namun, ini sudah baik untuk kepastian berusaha di Tanah Air," katanya, Selasa (4/2/2020).
Baca Juga
Redma mengemukakan dibanding TPPI, penurunan harga gas lebih akan memacu produktifitas dan daya saing mengingat akan memotong hingga 30 persen biaya energi.
Namun, Redma menilai pihaknya optimistis jika komitmen implementasi kebijakan penurunan harga gas dan ditambah dengan operasaional TPPI maka akan tercapai pertumbuhan pada kisaran 10 persen. Angka itu, akan didapat setelah tahun lalu industri serat yang tidak mengalami pertumbuhan.
"Jadi prinsipnya jika kebijakan hilir pemerintah mendukung dan tercipta iklim pro industri kami yakin bisa bertumbuh. Saat ini posisi pengusaha juga dalam kondisi penyehatan belum sampai ekspansi," ujarnya.