Bisnis.com, GRESIK — PT Pertamina (Persero) berkonsolidasi dengan tiga BUMN manufaktur untuk memacu penggunaan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam proyek pembangunan dan pengembangan kilang yang nilai investasinya mencapai US$60 miliar.
Tiga BUMN tersebut adalah PT Barata Indonesia (Persero), PT Krakatau Steel Tbk. (Persero), dan PT Rekayasa Industri (Rekind).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan percepatan pembangunan proyek kilang harus juga disertai dengan peningkatan penggunaan kandungan dalam negeri. Menurutnya, dengan melakukan percepatan pengerjaan dan peningkatan penggunaan TKDN, daya saing industri lokal ikut terdongkrak.
"Tujuh tahun itu waktu yang sebentar untuk membangun industri, kalau kita tidak manfaatkan akan kehilangan momen. Selama ini, percepatan pembangunan dan peningkatan TKDN biasanya tidak sinkron," tuturnya, dalam penandatangan Kick Off Percepatan Pembangunan Kilang di fasilitas produksi PT Barata Indonesia (Persero), Senin (20/1/2020).
Dia mencontohkan proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) yang belum tercapai. Hal ini disebabkan oleh tidak selarasnya semangat pembangunan dengan kebijakan pendukung yang dihadirkan.
Nicke menjelaskan, momentum mengembangkan empat Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru (Grass Root Refinery/GRR) hingga 2027 dipastikan akan memberi ruang lebih besar untuk perusahaan lokal ambil bagian.
Empat proyek RDMP Pertamina itu, yakni Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap, sementara program GRR dilaksanakan di Kilang Tuban dan Kilang Bontang.
Dalam pengembangan proyek kilang, Pertamina menargetkan melibatkan penggunaan sumber daya lokal hingga 50% dari sisi sumber daya manusia ataupun konten konstruksi.
"Kami sudah identifikasi, setelah didetailkan, dalam 2 tahun ke depan kita bisa tingkatkan penggunaan komponen lokal. Yang paling penting dalam mendorong industri, adalah meningkatkan kontribusi manufaktur," ujarnya.
Dengan adanya komitmen kerja sama antara Pertamina dengan Barata, Krakatau Steel, dan Rekind sebagai submentor manufaktur tim percepatan pembangunan kilang, diharapkan masing-masing badan usaha dapat berkontribusi di bidangnya.
Hadirnya klaster manufaktur dalam pengembangan kilang itu berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. 284/MBU/11/2019 yang telah menunjuk Barata Indonesia menjadi anggota tim percepatan pembangunan kilang minyak.
Barata Indonesia memiliki kompetensi dan juga pengalaman panjang dalam membangun infrastruktur di industri minyak dan gas bumi. Selain dari sisi barang, Nicke juga menyoroti keberpihakan konten lokal berasal dari penyusunan desain dasar atau Front End Engineering Design (FEED).
Menurutnya, dari sisi proyek kilang, kontribusi pengadaan barang memakan porsi 60%— 70%, sementara jasa sebesar 30%—40%. "Kalau desainnya dari luar, maka jenis komponen yang dibutuhkan seakan-akan tidak bisa dipenuhi dari lokal. Maka dari itu, desain dasar dari Rekind diharapkan berpihak kepada industri lokal," tambahnya.
Direktur Utama Barata Indonesia Fajar Harry Sampurno mengatakan untuk meningkatkan kontribusi komponen lokal dalam pembangunan kilang, pihaknya memerlukan sokongan kebijakan dari Kementerian Perindustrian.
Menurutnya, kebijakan dari Kemenperin dapat dihadirkan dalam keberpihakan kepada industri lokal dalam pengadaan barang dan jasa. "Kalau sekarang Pertamina bangkit, kami bangkit dan Krakatau Steel juga bangkit," ujarnya.
Fajar mengatakan dengan adanya percepatan proyek kilang Pertamina, diharapkan akan berdampak pula pada peningkatan kapasitas produksi Barata Indonesia. Sayangnya, Fajar enggan merinci skala peningkatan kapasitas produksi.
Sejauh ini, Barata Indonesia juga beberapa kali terlibat dalam beberapa proyek di sektor migas, di antaranya LPG Spherical Tank Pulau Layang 2x1500 MT, TBBM Tegal Cap. 14600KL, RFCC Pertamina UP IV Cilacap, Hasanudin Avtur Storage Integrated System, Fuel Tank RU V Balikpapan, dan lainnya.
Di sisi komponen utama kilang, Barata mampu memproduksi Tanks, BFW Pre Heater, Water Cooled Condenser, LT Shift Converter, SS Clad Heat Exchanger, Decoke Drums, CCR Platforming Reactor, Separator, lainnya.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan siap memasok bahan baku yang menggunakan baja untuk proyek kilang. "Apapun baja yang kami hasilkan, dapat terserap untuk membangun komponen proyek-proyek kilang Pertamina," tuturnya.
Kendati demikian, beberapa kendala yang menyebabkan manufaktur lokal sulit berperan adalah skala keekonomian dan kuantitas produk. Silmi menampik, pihaknya tidak bisa menghasilkan baja yang dibutuhkan untuk proyek kilang.
"Kalau ga bisa pun kami bisa investasi. Yang saya apresiasi sekarang adalah, mempersiapkan secara matang, supaya kita bisa mengantisipasi kesempatan yang ada," katanya.