Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pendidikan dan riset logistic, Supply Chain Indonesia menilai bahwa operasional jalan tol di Sumatra bagian selatan bakal memberi dampak positif bagi angkutan logistik. Namun, pengaruh jalan tol terhadap efisiensi biaya masih perlu dibuktikan.
Chairman SCI Setijadi mengatakan bahwa operasional jalan tol Bakauheni—Terbanggi Besar (Bakter) dan Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayu Agung (Terpeka) dipastikan bakal memangkas waktu tempuh. Waktu tempuh Bakauheni hingga Kayu Agung mencapai 5,4 jam bila melalui jalan tol dengan asumsi kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam.
Waktu tempuh tersebut hanya separuh dari waktu tempuh melalui jalan nasional yang bisa mencapai 12 jam hingga 15 jam. Selain waktu tempuh, keberadaan jalan tol juga bakal menghindarkan pengemudi kendaraan dari gangguan keamanan dan praktik pungutan liar.
"Banyak keluhan dari transporter, dari pemilik angkutan barang soal kendala keamanan dan juga pungli," jelas Setijadi kepada Bisnis, Selasa (14/1/2020).
Jalan tol Bakter (140,90 kilometer) sudah beroperasi sejak Maret 2019, sedangkan jalan tol Terpeka (189 kilometer) beroperasi pada Desember 2019. Tarif terjauh jalan tol Bakter mencapai kisaran Rp112.500 sampai dengan Rp224.500 tergantung pada golongan kendaraan.
Sementara itu, tarif terjauh jalan tol Terpeka berkisar Rp170.500 sampai dengan Rp341.000. Dengan kata lain, untuk menempuh perjalanan dari Bakauheni menuju Kayu Agung secara penuh, pengemudi kendaraan perlu merogoh kocek Rp283.000 sampai dengan Rp565.500.
Baca Juga
Setijadi menuturkan bahwa tarif yang dipatok operator jalan tol Trans-Sumatra akan menentukan animo dari pengguna jalan tol.
Dia menyebutkan bahwa perhitungan aspek kesediaan membayar dan kemampuan membayar dalam penentuan harus cermat.
"Tarif yang terlalu mahal akan membuat jalan tol tidak menjadi pilihan bagi perusahaan angkutan. Jadi, harus dicermati jangan sampai terlalu tinggi," jelasnya.