Kabar kurang sedap merebak di tengah usaha pemerintah dalam meningkatkan jumlah populasi sapi dalam negeri. Media Australia baru-baru ini mempublikasikan cela berupa kondisi mengenaskan sapi indukan impor yang coba dibiakkan di Indonesia.
ABC, media milik pemerintah Australia, pekan lalu mempublikasikan serangkaian foto yang memperlihatkan kondisi mengenaskan sebagian sapi indukan asal negara tersebut yang dikirim ke Indonesia pada 2018. Sapi-sapi tersebut tampak dalam kondisi kurus, kekurangan gizi, bahkan mati.
Pemerintah Australia memang pernah mengirim lebih dari 2.500 ekor sapi indukan jenis Brahman Cross yang dibeli Indonesia. Sapi-sapi tersebut lantas didistribusikan pemerintah Indonesia sebagai bantuan kepada 130 kelompok ternak dan 12 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di 15 provinsi di Jawa dan Sumatra.
Setidaknya 72 ekor sapi dilaporkan mati, demikian bunyi tinjauan The Australian Livestock Export Corporation (LiveCorp) yang dilansir ABC mengenai perkembangan program ini. Jumlah tersebut diperkirakan setara dengan 2,9% dari sekitar 2.500 indukan yang diobservasi.
LiveCorp sendiri merupakan lembaga penyedia jasa nirlaba di industri sapi Australia yang beranggotakan 44 asosiasi dan pelaku usaha dalam bisnis ternak Negeri Kanguru. LiveCorp beroperasi dengan pendanaan yang berasal dari kontribusi pungutan wajib eksportir dan berdiri pada 1998 sebagai hasil dari restrukturisasi kelembagaan dalam industri daging dan ternak Australia.
Hasil tinjauan yang disampaikan LiveCorp sejatinya memperlihatkan kondisi yang beragam. Lembaga itu menyebutkan bahwa 42% dari kelompok ternak yang diobservasi menunjukkan kondisi fisik yang baik dan tak memerlukan dukungan, 29% dengan performa menengah yang membutuhkan sejumlah bantuan, dan sisanya menunjukkan performa amat rendah sehingga memerlukan asistensi intensif.
Sejumlah kendala yang menjadi penyebab masih ditemukannya performa rendah pun berhasil diidentifikasi. Untuk peternak mandiri atau rakyat, LiveCorp mengemukakan kekeringan berkepanjangan, akses terbatas untuk memperoleh pasokan pakan dan air bagi ternak, serta prioritas yang terbagi menjadi segelintir penghalang bagi peternak untuk mengelola pengembangbiakan.