Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mempublikasikan tulisannya tentang rencana penunjukan Basuki Tjajaja Purnama alias Ahok sebagai petinggi salah satu BUMN.
Dahlan menyebut perusahaan perlu ketenangan untuk bisa maju.
Menanggapi pernyataan Dahlan, staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa mantan Direktur Utama PT PLN (Persero) di masa pemerintahan SBY itu juga termasuk sosok yang kerap membuat heboh.
Kehebohan itu sering ditunjukkan Dahlan, baik waktu menakhodai PT Perusahaan Listrik Negara alias PLN, maupun kala memimpin Kementerian BUMN.
"Mungkin Pak Dahlan lupa bahwa dia juga suka buat kehebohan. Coba tanya, apakah membuat kehebohan itu makin bagus enggak yang dipegang?" kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, Senin (18/11/2019).
Sebelumnya, Dahlan Iskan mengingatkan pemerintah agar tetap memegang prinsip bahwa perusahaan perlu ketenangan.
Baca Juga
"Perusahaan tidak bisa maju kalau hebohnya lebih besar dari kerjanya," ujar Dahlan dalam laman pribadinya, disway.id, Sabtu (16/11/2019).
Pernyataan Dahlan itu berkaitan dengan rencana penunjukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai pejabat salah satu BUMN.
Dahlan menyatakan harapannya agar pemerintah tetap menjaga ketenangan di dalam negeri, sehingga bisa fokus bekerja.
"Semoga tidak banyak usrek agar ekonomi bisa segera bangkit," ujar dia.
Hal ini sama halnya dengan perusahaan yang perlu kestabilan, khususnya perusahaan besar. Dahlan mengatakan, perseroan besar ibarat kapal besar yang mesti tidak mudah dibelok-belokkan.
"Memang, bisa juga sukses diraih lewat kehebohan. Tapi sukses seperti itu biasanya hanya di permukaan. Dan untuk jangka pendek," tutur Dahlan.
Kritik Ahok
Dalam tulisan yang sama, Dahlan juga sempat melontarkan sebuah pertanyaan soal rencana penunjukan Ahok.
"Apakah BTP itu orang berprestasi? Sehingga akan ditempatkan di salah satu BUMN?" tulis Dahlan. Pertanyaan itu menyambung pernyataan awal Dahlan dalam tulisannya bahwa orang berprestasi cenderung sukses ditempatkan di mana pun. Ia mengatakan kesimpulan itu datang dari pengalaman panjangnya 30 tahun menggeluti dunia manajemen.
Dahlan menilai, rencana penunjukan Ahok sebagai pejabat di BUMN adalah langkah yang sangat baik, bila bekas Gubernur DKI Jakarta memang dianggap sebagai orang berprestasi. Terlepas siapa pun Ahok, bagaimana latar pendidikannya, hingga perjalanan karirnya.
"Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai," kata Dahlan.
Tapi, kalau begitu, menurut dia, maka penempatan Ahok di BUMN adalah sebuah perjudian. Ia pun mempertanyakan apakan BUMN adalah perusahaan yang layak diperjudikan.
Sebelumnya, dua sumber di internal Kementerian BUMN membenarkan soal rencana pengangkatan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina. Rencananya, Ahok resmi menjabat Komisaris Utama Pertamina menggantikan Tanri Abeng pada akhir November ini.
Kabar Ahok akan menjadi Komisaris Utama Pertamina itu merebak setelah bekas Gubernur DKI Jakarta itu datang memenuhi undangan Menteri BUMN Erick Thohir.
Dalam pertemuan selama satu setengah jam itu, Ahok mengaku banyak berdiskusi dengan Erick seputar perusahaan BUMN.