Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha di bidang konstruksi dan infrastruktur tengah melakukan upaya negosiasi dengan perbankan terkait dengan penurunan suku bunga pinjaman.
Bunga acuan bank sentral yang terus lungsur menjadi alasan utama mereka menginginkan penurunan suku bunga pinjaman.
Direktur Utama PT Brantas Abipraya (Persero) Bambang E. Marsono mengatakan bahwa negosiasi penyesuaian bunga pinjaman dengan kreditur dilakukan setiap tahun. Penyesuaian bunga dilakukan bila ada perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia.
"Kalau BI Rate [BI 7-Day Repo Rate] naik ya, mereka [perbankan] minta naik. Biasanya kalau [penyesuaian bunga] naik cepat, tapi kalau turun itu agak susah," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/11/2019).
Menurutnya, rata-rata bunga pinjaman yang diperoleh Brantas Abipraya dari kreditur di bawah 10 persen. Tingkat bunga pinjaman tersebut, lanjut Bambang, mencerminkan tingkat kepercayaan bank yang tinggi terhadap perseroan.
Berdasarkan Laporan Tahunan 2018, utang Brantas Abipraya kepada empat bank mencapai Rp999,95 miliar.
Baca Juga
Perusahaan yang didirikan pada 1981 itu juga memiliki utang kepada dua perusahaan keuangan nonbank senilai Rp213,90 miliar. Bunga pinjaman yang dipatok kreditur untuk perseroan mencapai kisaran 7,50 persen sampai dengan 9,75 persen.
Tingkat bunga yang dipatok untuk Brantas Abipraya terbilang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri. Data statistik perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pada 2018 rata-rata kredit konstruksi mencapai 10,57 persen.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengimbau kalangan perbankan untuk menurunkan bunga pinjaman. Imbauan itu disampaikan Presiden dalam pembukaan pameran Indonesia Banking Expo pada 6 November 2019.
Kalangan operator jalan tol mengaku hingga saat ini penurunan bunga acuan belum berdampak terhadap penurunan bunga kredit untuk mereka.
Dalam 11 bulan terakhir, Bank Indonesia telah melakukan empat kali penyesuaian bunga acuan. Secara keseluruhan, BI 7-Day Repo Rate telah turun 100 basis poin ke level 5 persen.
Sekretaris Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Krist Ade Sudiyono mengatakan bahwa penurunan bunga acuan oleh Bank Indonesia hanya akan berimbas pada penurunan biaya penghimpunan dana. Perbankan, lanjut Krist tetap mematok margin yang dinilai tinggi.
"Yang kami minta adalah besaran margin juga diturunkan dari rata-rata saat ini 4 persen. Kalau bisa maksimal 2 persen," ujar Krist kepada Bisnis, Rabu (13/11/2019).
Krist menjelaskan bahwa hingga saat ini mitigasi risiko perbankan cenderung konservatif dan tidak memberi insentif untuk pertumbuhan industri jalan tol. Hal ini tercermin dari tingkat margin yang dinilai cukup tinggi, padahal profil arus kas operator jalan tol yang stabil bisa menjadi jaminan kemampuan debitur dalam membayar angsuran.
Berdasarkan laporan keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk., per Maret 2019, rentang bunga pinjaman perbankan untuk perusahaan jalan tol berkisar 7,95 persen sampai dengan 11 persen. Sejumlah pinjaman menerapkan skema rata-rata bunga deposito ditambah margin 4 persen sampai dengan 5 persen.