Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesta Diskon 11.11: Apa Kabar Ritel Modern di Indonesia?

Pesta diskon besar-besaran 11.11 di China berbeda dengan pesta diskon serupa di Indonesia lantaran ikut dimeriahkan oleh peritel modern yang juga memberikan diskon bagi produk-produk yang dijual di gerai fisik atau penjualan luring (offline).
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko yang mengikuti program Jakarta Midnight Sale di sebuah mal, di Jakarta, Jumat (16/6)./Antara-Galih Pradipta
Pengunjung memilih pakaian di salah satu toko yang mengikuti program Jakarta Midnight Sale di sebuah mal, di Jakarta, Jumat (16/6)./Antara-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Pesta diskon besar-besaran 11.11 di China berbeda dengan pesta diskon serupa di Indonesia lantaran ikut dimeriahkan oleh peritel modern yang juga memberikan diskon bagi produk-produk yang dijual di gerai fisik atau penjualan luring (offline).

Namun sayangnya, hal tersebut tak berlaku di Tanah Air. Alih-alih berlomba-lomba memberikan diskon bagi produk-produk yang dijual secara luring, peritel modern lebih memilih untuk menjual produk-prouk tersebut dengan harga normal tanpa potongan harga dalam jumlah besar seperti yang dilakukan oleh berbagai platform e-commerce atau dagang-el.

Consumer Behaviour Expert dan Executive Director Retail Service Nielsen Indonesia Yongky Susilo mengatakan hal tersebut tidak terjadi pada pesta diskon besar-besaran 11.11 atau pesta diskon serupa lainnya lantaran peritel modern di Tanah Air belum sepenuhnya melakukan integrasi penjualan secara luring dengan daring (online). Langkah yang dilakukan oleh sejumlah peritel modern dengan merambah layanan online to offline (O2O) atau omnichannel tak ubahnya sekadar kemasan saja tanpa ada implementasi lanjutan lewat mahadata (big data) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

“O2O atau omnichannel di Indonesia hanya sekadar kampanye saja, tidak ada yang benar-benar dijalankan sepenuhnya, “ katanya kepada Bisnis.com Senin (11/11/2019).

Sebagai contoh suksesnya integrasi penjualan luring dan daring adalah Mal Intime yang dikembangkan oleh raksasa dagang el China, Alibaba. Pada pesta diskon besar-besaran 11.11 yang juga disebut sebagai Single Day, sebanyak 65 mal Intime yang tersebar di China ikut dipenuhi pengunjung lantaran ikut memberikan diskon yang sama dengan platform dagang el Alibaba.

Integrasi penjualan tersebut yang pada akhirnya mengubah pusat pembayaran atau point of sale (POS) menjadi berbasis komputasi awan agar lebih efisien, terutama untuk waktu pemrosesan. Melalui sistem POS berbasis komputasi awan, pembayaran yang awalnya memakan waktu sekitar 3 menit, kini diklaim hanya memakan waktu rata-rata 58 detik baik untuk platform dagang el maupun mal Intime.

Selain itu, terintegrasinya penjualan luring dan daring juga memungkinkan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan dengan mudah tanpa perlu berpindah ke gerai lain apabila produk yang mereka inginkan tidak tersedia di gerai yang mereka kunjungi. Kemudian dengan adanya mahadata dan kecerdasan buatan peritel modern dapat dengan mudah pula mengetahui preferensi pelanggan dan menyesuaikan diri.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa penjualan daring masih memimpin pada pesta diskon besar-besaran 11.11, termasuk di Alibaba dimana 70% transaksi yang tercatat merupakan transaksi daring yang hanya melibatkan 20 mal Intime.

Online ini memang meningkat tapi perlu diwaspadai juga masalah keamanan bagaimana, orang dapat dengan mudah berjualan dan dapat dengan mudah juga melakukan penipuan,” ujarnya.

Adapun dijelaskan, berdasarkan catatan Kaspersky terjadi lonjakan serangan penipuan melalui teknik phising pada saat penyelenggaraan pesta diskon besar-besaran 11.11. Lonjakan tersebut tercatat naik dari 850.000 serangan menjadi 950.000 serangan. Salah satu, cara yang lazim digunakan adalah menciptakan situs web palsu yang menyerupai situs dagang el terkemuka untuk mencuri data finansial.

Sementara itu, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa mengatakan pesta diskon besar-besaran 11.11 membawa banyak dampak positif, salah satunya menjadi momen yang mendorong pertumbuhan platform dagang el dan media untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Selain itu, dirinya juga melihat bahwa pesta diskon tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan perdagangan di dalam negeri, khususnya untuk mendorong peningkatan perdagangan produk lokal yang diproduksi oleh usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Di Indonesia, besarnya minat orang berbelanja lewat e-commerce, salah satunya bisa dilihat dari transaksi Hari Belanja Online Nasional (HARBOLNAS) 2018. Total transaksi Harbolnas 2018 mencapai Rp 6.8 triliun atau naik sebesar Rp 2.1 triliun dari nilai transaksi tahun 2017. Dari total tersebut, penjualan produk lokal berhasil menyumbangkan 46 persen nilai transaksi yaitu sebesar Rp3.1 triliun,” katanya kepada Bisnis.

Adapun terkait dengan pengaruh diskon hari belanja online terhadap penjualan ritel modern, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah menurut Ketut agar pelaku usaha ritel modern konvensional dapat berdaya saing dengan platform dagang el adalah dengan memberikan perlakuan yang adil bagi keduanya. Dia tak menampik bahwa saat ini pelaku usaha konvensional khususnya ritel modern mulai tergeser oleh platform dagang el dengan segudang fitur, promosi, hingga kepraktisan.

“Dalam rangka memberikan equal playing field antara pelaku usaha offline dan online, maka dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang telah disusun oleh Kemendag, pemerintah mewajibkan pelaku usaha online untuk mematuhi seluruh ketentuan perundang-undangan yang ada, termasuk ketentuan mengenai perpajakan, Standar Nasional Indonesia (SNI), perizinan, sebagaimana yang berlaku bagi kegiatan usaha offline,” paparnya.

Selain itu, menurut Ketut Kemendag juga mendorong pelaku usaha ritel offline untuk melakukan inovasi dengan turut memanfaatkan e-commerce dalam memasarkan produk mereka, antara lain melalui pemberian pelatihan dan pembinaan kegiatan berdagang secara online.

Adapun Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta berharap agar pemerintah dapat mewujudkan kebijakan yang mampu memberikan keadilan bagi pelaku usaha konvensional dan daring yang saat ini semakin menjamur seiring dengan lahirnya sejumlah perusahaan rintisan (start up) dagang el.

“Beri ruang keadilan [bagi] sesama pelaku usaha online atau offline, kami ingin ada same playing field,” tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper