Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan akan membuat sistem Tol laut layaknya memesan makanan melalui aplikasi layaknya memesan makanan via Go-food.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan permasalahan Tol Laut kini karena aktivitas pengguna yang sifatnya ritel. Dengan model itu, jumlah pengiriman yang banyak dengan volume kecil dikumpulkan dalam satu kontainer sehingga perlu dilakukan konsolidasi sebelum dikirim.
"Celakanya konsolidasi dilakukan oleh seseorang yang dia akhirnya jadi monopoli. Kita akan melawan monopoli itu dengan sistem," katanya dalam sesi wawancara khusus Bisnis.com, Selasa (5/11/2019).
Dengan sistem baru, Menhub akan mengundang startup terutama pemain besar dengan skala unicorn atau decacorn untuk membantu mengelola Tol Laut.
Budi Karya menegaskan pelibatan unicorn karena bisnis Tol Laut sangat besar. "Ini bisnis yang tidak kecil Rp40 triliun setahun, karena dengan kita subsidi Rp400 miliar itu di scale up jadi Rp40 triliun. Kalau satu unicorn menguasai tersebut pasti menbuat perusahaan baik dan Tol Laut bisa selesaikan dengan baik," tuturnya.
Saat ini, dia menjelaskan tim dari Kemenhub tengah menyiapkan skema bisnis baru dari Tol Laut tersebut yang melibatkan bisnis rintisan seperti Gojek Indonesia atau PT Aplikasi Karya Anak Bangsa.
Baca Juga
"Skemanya seperti Go-food yang banyak toko ada bakmi, nasi goreng dan lain-lain menjadi menunya. Di sini ada orang-orang yang butuh, menu ini disajikan oleh unicorn. Mereka tinggal pesan dan diantarkan," paparnya.
Perbedaannya, terangnya, aktivitas Go-Food dilakukan menggunakan sepeda motor, sedangkan Tol Laut mengirimkannya melalui kapal. Khusus pada Tol Laut, ujungnya ada administrator yang mengurusi barang untuk didistribusikan.
Model bisnisnya jadi sama dengan aplikasi pesan antarmakanan dan bisa diperbesar untuk kebutuhan lainnya. Aktivitas tersebut dapat dilakukan tidak hanya oleh satu pihak tetapi bisa digarap bersama-sama.
"Ini ada satu pembaruan bisnis logistik yang tadinya mata rantainya banyak bisa terpotong," imbuhnya.