Bisnis.com, JAKARTA–Faktor Pemilu 2019 serta momen pergantian kabinet menyebabkan konsumsi pemerintah pada kuartal III/2019 tumbuh melambat.
Seperti diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) per kuartal III/2019 menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah hanya tumbuh sebesar 0,98% (yoy) dan terkontraksi -0,79% (qtq).
Pada kuartal II/2019, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh signifikan mencapai 8,25% (yoy) dan 36,32% (qtq).
Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan menjelang pergantian kabinet, menteri-menteri sudah tidak mengeluarkan program-program strategis dalam rangka menstimulus perekonomian.
Dengan demikian, sangat wajar konsumsi pemerintah tercatat tumbuh melambat pada kuartal III/2019. "Menteri dihimbau tidak boleh mengambil langkah strategis. Jadi dari sisi kementerian sendiri sudah tidak fokus, ada transisi ke kabinet baru sehingga tidak ada program besar," ujar Piter, Rabu (6/11/2019).
Selanjutnya, diselenggarakannya Pemilu 2019 juga mendorong pemerintah untuk banyak berbelanja pada semester I/2019 sehingga tidak ada lagi dana untuk dibelanjakan pada kuartal III/2019.
Belanja bantuan sosial pun tercatat terealisasi lebih dari 50% pada semester I/2019. Belanja sosial per semester I/2019 tercatat sudah terealisasi sebesar Rp70,5 triliun atau 72,63% dari total anggaran belanja bantuan sosial sebesar Rp97,06 triliun.
Akibat dari penumpukan tersebut, belanja bantuan sosial per kuartal III/2019 tercatat secara akumulatif mencapai Rp86,9 triliun.
Dengan ini, belanja bantuan sosial yang dikeluarkan pada kuartal III/2019 sendiri hanya Rp16,4 triliun.
Lalu, rendahnya konsumsi pemerintah juga terjadi akibat shortfall pajak yang dipastikan melebar pada tahun ini. Hal ini sedikit berpengaruh pada realisasi belanja pemerintah.
Akibatnya, bansos yang digelontorkan oleh pemerintah per kuartal III/2019 juga tertekan dan turut memberikan sedikit dampak kepada konsumsi rumah tangga.
"Sebagian konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2019 ada beberapa dibantu bansos sudah tidak ada lagi pada kuartal III/2019. Kelompok menengah atas juga menahan konsumsi," ujar Piter.
Hal ini pun tampak pada data BPS yang menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga per kuartal III/2019 mencapai 5,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2019 yang tumbuh 5,17% (yoy).
Pada kuartal IV/2019, Piter memproyeksikan bahwa belanja pemerintah akan kembali tumbuh meski tidak sesignifikan kuartal IV tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya defisit anggaran dari outlook defisit sebesar 1,93% dari PDB menjadi 2%-2,2% dari PDB. "Dalam rangka menahan defisit, tidak akan ada lonjakan belanja pemerintah. Belanja pemerintah tetap naik tetapi tidak melonjak signifikan," kata Piter.