Bisnis.com, JAKARTA – Meredanya risiko yang telah mengganggu perekonomian global tahun ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2020, namun aksi protes di seluruh dunia masih meninggalkan tantangan jangka panjang bagi pembuat kebijakan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Investasi AIA Group Mark Konyn dalam acara Reuters Global 2020 Investment Outlook Summit.
Konyn mengatakan bahwa siklus ekonomi akan berakhir pada paruh pertama tahun depan dan Eropa akan menjadi wilayah yang paling mungkin memberikan kejutan dalam perbaikan ekonomi, dibantu oleh memudarnya risiko mulai dari tekanan pada euro serta persoalan Brexit.
"Eropa bisa menjadi lebih buruk (pada tahun ini). Jika Anda menempatkan itu dalam konteks ekonomi global, lebih banyak dukungan yang tersedia," katanya.
"Dalam lingkungan di mana AS mencatat kinerja yang lebih baik dari perkiraan dan stabilnya ekonomi China, ini adalah prospek yang lebih baik ke depannya,” lanjutnya, seperti dikutip Reuters.
AIA yang berbasis di Hong Kong adalah perusahaan asuransi jiwa terdaftar terbesar di Asia, dan memiliki total aset senilai US$256 miliar per Juni 2019.
Baca Juga
Konyn mengatakan bahwa mesin utama pertumbuhan global adalah belanja konsumen AS yang kuat, yang akan membatasi kebutuhan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut terlepas dari adanya perhelatan pemilihan presiden AS pada tahun 2020.
"Pasar akan menyesuaikan dengan komentar di sekitar pemilihan presiden. Kami pikir ini tahun di man AS mencatat pertumbuhan yang wajar," tambahnya.
Di Asia, sejumlah bank sentral akan memangkas suku bunga lebih jauh untuk mengimbangi dampak perang perdagangan AS-China.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam proyeksinya baru-baru ini bahwa tarif yang diberlakukan atau diancam oleh Beijing dan Washington dapat memangkas PDB global hingga 0,8 persen pada tahun 2020 dan menimbulkan kerugian di tahun-tahun mendatang.
Mark Konyn
Tidak Berkelanjutan
Selain risiko terhadap pertumbuhan global, pasar semakin memperhatikan demonstrasi anti-pemerintah yang menyebar dari Chili dan Prancis hingga Hong Kong, Irak, dan Lebanon.
Meskipun Konyn memperkirakan demonstrasi tidak secara signifikan memengaruhi pertumbuhan global dalam waktu dekat, ia mengatakan politisi dan pembuat kebijakan lainnya harus mengatasi peningkatan ketimpangan sosial sejak krisis keuangan global 2008 silam.
"Anda telah melihat di seluruh dunia kesenjangan orang kaya dan yang miskin, terutama di negara maju, dengan adanya pengembalian modal yang kuat tetapi tidak banyak pertumbuhan tenaga kerja. Ini adalah masalah struktural yang perlu ditangani karena tidak berkelanjutan,” ungkapnya.