Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

5 Produk Ekspor Indonesia Kembali Dapat Fasilitas GSP AS

Lima produk ekspor Indonesia mendapatkan kembali fasilitas sistem tarif preferensial umum (generalized system of preference/GSP) dari Amerika Serikat.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto/Antara-Wahyu Putro
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto/Antara-Wahyu Putro

Bisnis.com, JAKARTA – Lima produk ekspor Indonesia mendapatkan kembali fasilitas sistem tarif preferensial umum (generalized system of preference/GSP) dari Amerika Serikat.

Dalam laman resmi United States Trade Representative (USTR) https://ustr.gov disebutkan kelima produk tersebut adalah plywood bambu laminasi (HS 44121005); plywood kayu tipis kurang dari 66 mm (HS 44123141155); bawang bombai kering (HS 09082220); sirup gula, madu buatan, dan karamel (HS 17029052); serta barang rotan khusus untuk kerajinan tangan (HS 46021223).

"Hasil positif ini tidak terlepas dari submisi tertulis secara resmi yang disampaikan Pemerintah RI melalui Kemendag,” jelas Menteri Perdagangan Agus Suparmanto lewat keterangannya di Jakarta pada Rabu (30/10/2019).

Selain itu, lanjut Mendag, Pemerintah RI yang diwakili atase perdagangan juga hadir dalam dengar pendapat di Washington DC guna memberikan pembelaan bagi produk-produk Indonesia yang dinilai kelayakannya oleh AS untuk mendapatkan GSP.

Agus juga menyampaikan USTR melalui Komisi Perdagangan Internasional AS (United States International Trade Commission/USITC) melakukan penilaian terhadap produk ekspor yang mendapatkan fasilitas GSP sejak April 2019.

Proses penilaian dilakukan terhadap negara-negara mitra AS seperti Pakistan, Thailand, Brasil, Ekuador, dan Indonesia.

Menurut Mendag Agus, AS melakukan penilaian terhadap enam produk ekspor asal Indonesia. Dari keenam produk tersebut, hanya produk asam stearat (HS 38231100) yang tidak lagi mendapatkan tarif preferensi.

Hal ini dikarenakan nilai ekspornya telah melebihi batas ketentuan kompetitif (competitive needs limitations/CNL).

Artinya, produk asam stereat dinilai sudah sangat berdaya saing dan memiliki pangsa pasar yang sangat baik di pasar AS sehingga tidak perlu lagi mendapatkan perlakuan khusus.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan fasilitas GSP merupakan salah satu isu prioritas dalam hubungan dagang dengan AS. “Pemanfaatan skema ini membuka peluang yang sangat besar bagi peningkatan ekspor Indonesia ke AS.”

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Intenasional Kemendag Iman Pambagyo menambahkan pemerintah berharap fasilitas GSP ini bisa dimanfaatkan dengan maksimal.

“Saat ini, pemanfaatan tarif preferensi GSP oleh para pelaku usaha baru sekitar 836 produk dari total 3.572 produk. Pemerintah berharap semakin banyak pelaku usaha mengekspor produk-produk yang masuk skema GSP,” ujar Iman.

Produk ekspor utama Indonesia yang diekspor ke AS menggunakan skema GSP adalah ban mobil (bernilai US$138 juta), kalung emas (US$126,6 juta), asam lemak (US$102,3 juta), tas tangan dari kulit (US$4,8 juta), dan aksesori perhiasan (US$69 juta).

GSP merupakan program unilateral Pemerintah AS berupa pembebasan tarif bea masuk ke pasar negara tersebut. Saat ini, Pemerintah AS memberikan fasilitas GSP kepada 121 negara dengan total 5.062 pos tarif 8-digit. Dari jumlah tersebut, 3.572 pos tarif Indonesia mendapatkan fasilitas GSP.

Program ini bertujuan membantu produsen AS mendapatkan produk yang diperlukan untuk produksi mereka.

Pada saat yang sama, pemberian program ini sekaligus mendorong ekspor negara-negara berkembang ke pasar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper