Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, menurunnya peringkat Indonesia dalam Global Competitiveness Index (GCI) atau indeks daya saing global pada 2019 menunjukkan bahwa Indonesia perlu melaksanakan perbaikan kebijakan yang lebih cepat ke depan.
Seperti yang diketahui sebelumnya, World Economic Forum (WEF) dalam laporannya dengan judul 'The Global Competitiveness Report 2019' turun 5 peringkat dari 45 pada 2018 ke 50 tahun ini. Di satu sisi, skor daya saing global Indonesia per 2019 sesungguhnya hanya turun 0,3 poin dibandingkan dengan 2018.
Darmin mengaku bahwa pemerintah sudah menyiapkan beberapa program perubahan yang cukup signifikan. Meski demikian, rencanan reformasi tersebut baru akan dilaksanakan setelah periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir.
"Kebijakannya akan diumumkan pada awal pemerintahan baru. Kita tuntaskan dulu periode pertama," ujar Darmin, Kamis (10/10/2019).
Lagi-lagi, salah satu perubahan signifikan yang akan digulirkan oleh pemerintah adalah penghapusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang termasuk dalam rencana besar pemerintah mereformasi perizinan melalui omnibus law.
Pada intinya, refomasi kebijakan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah ke depan bakal meniru best practice dari negara-negara maju di dunia dan akan disempurnakan serta disesuaikan dengan konteks Indonesia.
"Singapura saja nyontek dari Eropa dan AS dengan sedikit perubahan. Kita bikin aja gitu ngapain repot, intinya tiru dan sempurnakan," ujar Darmin.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menambahkan bahwa penurunan peringkat daya saing global Indonesia timbul karena reformasi di Indonesia cenderung jalan di tempat sedangkan negara lain mampu melompat lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Meski demikian, Rosan menegaskan bahwa daya saing Indonesia bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah dan harus diperbaiki bersama-sama dengan stakeholder terkait.
Rosan pun menyoroti bahwa salah satu permasalahan Indonesia terkait daya saing global adalah kualitas SDM. Oleh karena itu, Rosan pun mengaku bahwa Kadin sudah melaksanakan program-program pembenahan SDM melalui vokasi.
"Tidak mungkin semua orang mau menempuh pendidikan universitas, oleh karena itu kita kembangkan pogram vokasi dimana Kadin Indonesia telah bekerja sama dengan Kadin Jerman," ungkap Rosan, Kamis (10/10/2019).