Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian ESDM hingga saat ini belum meneken alokasi serapan kebutuhan unsur nabati atau fatty acid methyl esters (FAME) untuk produksi biodiesel berkadar 30% (B30) pada 2020.
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Andrian Feby Misna mengatakan pihaknya masih melakukan perhitungan kebutuhan FAME pada 2020. Hingga saat ini, kebutuhan FAME untuk campuran B30 diprediksi masih sekitar 9,6 juta kiloliter (KL) dengan campuran solar sebanyak 30 juta KL.
Menurutnya, alokasi kebutuhan FAME untuk B30 kemungkinan akan mengalami peningkatan seperti yang terjadi pada tahun ini. Adapun pada awalnya, FAME untuk B20 diprediksi mencapai 6,2 juta KL.
Namun, serapan FAME untuk B20 hingga akhir tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,6 juta KL atau lebih tinggi 6,5% dari prediksi awal. Peningkatan kebutuhan FAME tersebut lantaran adanya kenaikan kebutuhan bahan bakar masyarakat.
"Belum tahu [alokasi pasti FAME], tengah perjalanan [kebutuhan FAME meningkat] kayak kemarin kan," katanya, Senin (7/10/2019).
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, hingga Agustus 2019, serapan produksi FAME telah mencapai kurang lebih 3,9 juta KL.
Adapun produksi FAME pada 2014 yakni sebanyak 3,32 juta KL, 2015 1,62 juta KL, 2016 3,65 juta KL, 2017 3,41 juta KL, 2018 6,01 juta KL. Sementara, serapan FAME dalam negeri pada 2018 sebanyak 4,02 juta KL dengan penghematan devisa US$2,01 miliar atau Rp28,42 triliun.
Menurutnya, dengan target 23% bauran energi pada 2025, penggunaan FAME diharapkan berada pada kisaran 13,8 juta KL.
Penggunaan biodiesel sebenarnya telah dilakukan sejak 2006 dan diperkuat dengan adanya mandatori pada 2008. Besaran mandatori terus meningkat hingga lahir peraturan menteri baru pada 2015 yang mewajibkan mandatori B20 pada 2016.
Feby menilai majunya pengembangan biodiesel di Indonesia karena melimpahnya bahan baku, yakni perkebunan kelapa sawit. Pada 2018 saja produksi crude palm oil (CPO) mencapai 47,6 juta ton.
Selain itu, upaya untuk menekan defisit neraca perdagangan juga menjadi faktor majunya pengembangan biodiesel di Indonesia.