Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Jagung Nasional pesimistis target produksi jagung yang dipasang Kementerian Pertanian sebanyak 33,957 juta ton pada tahun depan bisa terealisasi.
Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J. Kristianto menyatakan rendahnya provitas atau produktivitas tanaman menjadi penyebabnya. Menurutnya, rendahnya provitas ini pun dipicu sejumlah hal.
"Benih kurang baik, populasi tanaman per hektare [ha] tidak optimal, biaya produksi tinggi, pascapanen minimal, tidak ada buffer stock. Semua akhirnya saling berkaitan sehingga harga jadi mahal untuk menutup inefisiensi," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/9/2019).
Tony memprediksi bahwa sebaik-baiknya hasil panen, realisasi produksi pada tahun depan hanya akan berkisar di angka 40 persen dari target yang dipasang atau sekitar 13,582 juta ton.
Adapun dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtannas) 2019 yang diadakan pada Juni lalu, disampaikan bahwa Kementan menyasar produksi jagung 2020 bisa mencapai sekitar 33,957 juta ton atau lebih tinggi dari sasaran di 2019 sebanyak 33 juta ton.
Sejumlah program yang akan dijalankan untuk bisa memenuhi target ini adalah tumpang sari, peningkatan produksi jagung hibrida dengan sasaran lahan 2 juta ha, pemberdayaan produsen benih, dan lain-lain.