Bisnis.com, JAKARTA — Bank-bank besar global, termasuk sejumlah raksasa keuangan Amerika Serikat, diperkirakan akan membukukan lonjakan pendapatan perdagangan hingga 10% pada kuartal II/2025, menyusul gejolak pasar yang dipicu oleh kebijakan tarif terbaru Presiden Donald Trump.
Melansir Reuters, Kamis (10/7/2025), menurut proyeksi Crisil Coalition Greenwich, lonjakan aktivitas perdagangan dipicu oleh meningkatnya volatilitas pasar setelah pengumuman tarif pada April, yang mendorong volume transaksi ke level rekor, termasuk dalam pasar obligasi pemerintah AS.
Seorang eksekutif Wall Street yang menolak disebutkan namanya mengatakan sektor penyedia likuiditas instan akan menjadi yang paling diuntungkan dari tarif Trump ini.
“Saham turun, obligasi turun, mata uang juga — portofolio investor jadi jauh lebih berisiko, dan terjadi aksi lepas risiko (derisking),” ungkapnya.
Bank seperti JPMorgan Chase, Bank of America, Citigroup, Goldman Sachs, Morgan Stanley, dan Wells Fargo menjadi bagian dari 12 bank global yang menjadi acuan dalam laporan Coalition tersebut.
Kepala Analitik Persaingan Pasar di Coalition Mollie Devine menyebut bahwa volatilitas justru menjadi "sahabat" bagi pendapatan perdagangan.
Baca Juga
Saham mencatat kinerja lebih baik dibanding obligasi dan mata uang, meskipun ukuran pasarnya lebih kecil. Pendapatan dari saham diperkirakan naik 18%, sementara obligasi hanya 5% secara tahunan.
Mike Mayo, analis senior di Wells Fargo, mengatakan bahwa level aktivitas tinggi di pasar bukan lagi hal luar biasa.
“Kondisi ini lebih menggambarkan kembalinya normalitas setelah 15 tahun suku bunga nol,” ujarnya.
Data Tradeweb Markets menunjukkan volume harian rata-rata sebesar US$2,7 triliun pada April, naik hampir 39% dari tahun lalu, bahkan mencatat rekor baru di Maret. Lonjakan terbesar tercatat di pasar obligasi pemerintah AS, yang melonjak setelah Trump mengumumkan tarif awalnya.
Momentum Bisa Mereda
Meski proyeksi pendapatan pasar sepanjang 2025 dipatok tumbuh 7%, dibandingkan lonjakan 13% pada paruh pertama, Coalition mencatat angka tersebut sebagai yang tertinggi sejak 2009, dengan total proyeksi mencapai US$246,2 miliar.
Namun, Mayo memperingatkan tren ini bisa melambat. Ia memperkirakan pendapatan perdagangan bank besar AS akan naik 8% di paruh pertama 2025, sebelum turun menjadi 5% pada paruh kedua dan hanya tumbuh rendah tahun depan.
“Efek langsung tarif adalah meningkatkan volume perdagangan secara signifikan. Tapi dampaknya akan memudar seiring waktu,” katanya.