Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan tengah mengkaji pembangungan kapal angkutan penyeberangan lintas Jakarta--Surabaya guna mengalihkan angkutan barang dari darat ke laut.
Sebelumnya, langkah ini sudah diuji coba melalui program feri jarak jauh, tetapi program tersebut dianggap tidak efisien karena beban biaya per kontainernya lebih mahal Rp1 juta--Rp2 juta.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan Sugihardjo mengatakan, tengah membangun kapal yang memiliki daya angkut besar dengan biaya murah. Kapal tersebut disebut dengan motorize container bus.
"Kita mengembangkan kapal bisa angkuta besar dengan biaya murah, supaya harga kontainernya bisa bersaing dengan truk, kalau dia lebih mahal tidak mampu bersaing," jelasnya kepada Bisnis.com, Jumat (20/9/2019).
Di samping harga, kecepatan menjadi salah satu pertimbangannya dalam membangun kapal jenis baru tersebut.
Sugihardjo bercerita, dalam industri perkapalan, semakin besar kapal akan semakin murah, tetapi kapal menjadi lamban. Oleh karenanya, dia mencari kapasitas dengan titik maksimum.
Baca Juga
"Di dalam kapal semakin besar itu semakin murah tapi makin lambat, nah kita cari yang optimum antara 600 TEUs--1000 TEUs. Kecepatannya bisa 12 knot," terangnya.
DIa menjelaskan pihaknya sudah memiliki hitungan bahwa kapal tersebut akan dapat bersaing dengan biaya angkutan truk. Langkah ini, terangnya, termasuk bagian dari mengalihkan sebagian beban angkutan barang ke laut.
Berdasarkan desain Balitbang Perhubungan, kapasitasn 1.000 TEUs dari satu kapal yang tengah disiapkan ini menggunakan peti kemas 20 kaki, sehingga akan mengurangi 1.000 truk yang menggunakan peti kemas ukuran tersebut dari jalan raya.
Menurutnya, ketika truk ukuran besar yang dapat mengangkut kontainer ukuran 40 kaki dapat digantikan oleh kapal tersebut. Artinya dengan kapasitas 1.000 TEUs, ada 500 truk hilang dari jalan raya.
"Bayangkan 1.000 truk atau 500 truk dengan 1 kapal berjalan ke Surabaya, dampak kemacetannya sudah bisa efisien, kita sudah hitung efisiensi bahan bakar lebih hemat dan dari sisi polusinya," katanya.
Sebelumnya, DIrektur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi menuturkan, pihaknya bisa mendapatkan beberapa perjanjian khusus, karena pelabuhannya dikelola Pelindo.
"Kami dapat di mana beberapa harga itu bisa diturunkan. Ini kita memang belum terlaksana tahun lalu, baru mulai godog-godog," katanya.
Lebih lanjut, pihaknya masih dalam pembicaraan intensif dengan Kemenhub mencoba kembali Jakarta--Surabaya, dengan skema baru ini. "Kita ada beberapa deal yang lebih kompetitiflah hasilnya. Sedang intensif, belum disepakati,It's a big deal," katanya.
Dia menegaskan nadi besar logistiknya di Jawa ini adalah jalur Jakarta--Surabaya, di mana sebelumnya terdapat struktur harga yang masih belum cukup kompetitif dibandingkan jalur angkutan darat.
Sampa saat ini, kontribusi pengangkutan barang melalui darat (jalan) menjadi yang terbesar mencapai 91%, moda laut 7,5% sementara KA hanya 1%.