Bisnis.com, JAKARTA — Pembangkit listrik dalam megaproyek 35.000 MW yang telah beroperasi komersial hingga saat ini baru sebanyak 3.768 MW atau 11 persen dari target. PT PLN (Persero) mendominasi jumlah pembangkit yang telah beroperasi tersebut.
Adapun dari total kapasitas megaproyek yang sebesar 35.463 MW, sekitar 8.800 MW merupakan pembangkit milik PLN, sedangkan sekitar 26.600 MW pembangkit milik produsen listrik swasta atau independent power producer (IPP).
Dari 26.600 MW pembangkit milik IPP, baru sebanyak 1.392,6 MW atau 5 persen yang beroperasi komersial (commercial operation date/COD). Sementara itu, dari sekitar 8.800 MW pembangkit PLN, yang sudah COD sebanyak 2.375,8 MW.
Kementerian ESDM memperkirakan sebagian besar megaproyek 35.000 MW akan COD pada rentang waktu 2025 hingga 2028.
Saat ini, sebanyak 21.992,1 MW atau 62 persen pembangkit baru melakukan konstruksi, 7.515,1 MW atau 21 persen pembangkit menyelesaikan pembiayaan atau financial close, 1.453 MW atau 4 persen yang melakukan perencanaan, dan 734 MW atau 2 persen pembangkit yang melakukan pengadaan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan dengan beroperasinya seluruh megaproyek 35.000 MW, maka kapasitas terpasang pembangkitan pada 2028 akan mencapai 97,5 GW.
Menurutnya, pemerintah telah melakukan monitoring dan evaluasi setiap empat bulan melalui rapat koordinasi dengan PLN untuk menginventarisasi kendala.
"Kendala yang diluar kendali PLN, Ditjen Ketenagalistrikan akan membantu fasilitasi penyelesaiannya dengan mempertemukan stakeholders terkait," katanya, Selasa (10/9/2019).
Sementara itu, pada Oktober 2019 akan ada dua pembangkit PLN yang akan beroperasi komersial. Dua pembangkit tersebut yakni PLTU Jawa 7 dan PLTU Cilacap dengan masing-masing kapasitas 1.000 MW.