Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan penyaluran gas melalui jaringan gas (jargas) di beberapa wilayah masih menunjukkan kebocoran (losses) hingga 10 persen. Padahal, idealnya losses maksimal 2 persen.
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio mengatakan tingkat losses gas proyek jargas masih tinggi. Dia menampik jika losses terjadi karena adanya pencurian gas atau tapping, tetapi karena umur infrastruktur yang digunakan sudah tua.
"Bukan [tapping], kan ini karena kerjaan [pipa gas] yang lama. Pipa dari kontraktor diserahkan kepada BUMN itu banyak kualitas yang bocor, banyak kejadian seperti itu," tuturnya, Senin (9/9/2019) malam.
Dengan adanya tingkat losses jargas yang cukup tinggi, lanjutnya, wajar PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN) menganggarkan biaya perawatan operasional sebagai bagian pembentuk harga jual.
"Harga jargas sekarang masih di bawah LPG, tapi badan usaha kita belum menikmati harga yang ekonomis," ujarnya.
Berdasarkan perhitungannya, idealnya harga per meter kubik gas rumah tangga ditetapkan Rp5.000, mengingat PGN perlu menyiapkan anggaran perawatan. Dengan harga Rp5.000 per meter kubik, PGN diperkirakan baru mendapatkan keuntungan.
Saat ini, BPH Migas menetapkan harga jual gas bumi melalui pipa untuk rumah tangga tingkat 1 sebesar Rp4.250 per meter kubik dan untuk rumah tangga tingkat 2 sebesar Rp6.250 per meter kubik.
Adapun permintaan penyesuaian harga oleh PGN, tuturnya, untuk menyesuaikan harga jargas dengan patokan yang ditetapkan oleh BPH Migas. Pasalnya, hingga kini masih ada harga jargas yang masih di bawah Rp4.250.