Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan terdapat dua tantangan besar yang akan mengganggu aktivitas dan pertumbuhan perdagangan global.
Menurutnya, dua tantangan tersebut adalah meningkatnya antiglobalisasi, di mana banyak negara mengadopsi langkah-langkah pembatasan impor dan melemahnya sistem multilateral. Hal itu menurutnya memperparah kondisi perekonomian global yang sedang dilanda ketidakpastian.
“Hingga Desember tahun ini, Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (DSB WTO) hanya memiliki satu anggota. Artinya, perdagangan di dunia yang akan tumbuh hanya perdagangan bilateral dan regional serta tindakan pemberian sanksi sepihak,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Bisnis.com, Rabu (4/9/2019).
Guna menghadapi kondisi tersebut, dia mengatakan pemerintah terus mematangkan strategi perdagangan. Hal itu menurutnya, diperlukan untuk mempertahankan lingkungan perdagangan yang kondusif.
“Untuk itu, Kemendag akan mengkaji lebih dalam masalah dan tantangan yang dihadapi saat ini,” lanjutnya.
Menurut Mendag, pemerintah akan melanjutkan reformasi perdagangan dan investasi agar makin terintegrasi dengan perekonomian dunia. Langkah-langkah strategis yang dilakukan, yaitu mengutamakan produk olahan bernilai tambah dan memperbaiki manajemen impor, melalui ketersediaan barang modal dan setengah jadi dengan harga yang kompetitif.
Baca Juga
Sementara itu di bidang perdagangan internasional, strategi yang dilakukan yaitu menetapkan perjanjian perdagangan dengan mitra dagang utama, memperluas ekspor ke pasar nontradisional, dan mengintensifkan promosi perdagangan melalui pameran perdagangan.
Selain itu pemerintah juga akan menempuh sejumlah upaya penjajakan kesepakatan dagang (business matching), meningkatkan pelayanan ekspor, serta mengembangkan iklim perdagangan yang kondusif.
“Sejalan dengan strategi tersebut, Indonesia akan terus meningkatkan perdagangan bilateral dengan mitra dagang, baik pasar tradisional dan nontradional. Selain itu, Indonesia akan meningkatkan kerja sama multilateral, seperti Asean-RCEP,” katanya.
Tahun ini, lanjutnya, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 8% atau meningkat dari US$162,8 miliar pada 2018 menjadi US$175,8 miliar pada 2019.
Untuk itu, pemerintah terus berupaya mendorong ekspor enam sektor utama yaitu furnitur dan produk kayu, makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, produk otomotif, produk elektronik, serta produk kimia dengan tetap mempromosikan seluruh industri di Indonesia.