Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meneropong Prospek Industri Ritel Modern Hingga 2021

Pertumbuhan industri ritel modern di Indonesia diproyeksi tidak akan mencapai dua digit sampai dengan 2 tahun kedepan lantaran capaian pertumbuhan ekonomi nasional masih belum menggembirakan.
Susu bubuk di supermarket/Antara
Susu bubuk di supermarket/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan industri ritel modern di Indonesia diproyeksi tidak akan mencapai dua digit sampai dengan 2 tahun kedepan lantaran capaian pertumbuhan ekonomi nasional masih belum menggembirakan.

Consumer Behaviour Expert dan Executive Director Retail Service Nielsen Indonesia Yongky Susilo mengatakan, pertumbuhan industri ritel modern baru bisa melampaui 10% apabila capaian pertumbuhan ekonomi nasional berhasil menembus level 6%.

“(Pertumbuhan industri ritel) nasional masih ada di kisaran 5%—7%, 2021 mungkin baru bisa menembus 10%,” kata Yongky kepada Bisnis.com, Rabu Selasa, (3/9).

Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2019 diprediksi hanya mampu mencapai level 5,08% Angka tersebut berada di bawah target awal yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,30%. Kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian dan konsumsi masyarakat yang hanya bergerak tipis masih membayangi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Masyarakat masih belum all out belanja seperti dulu, kelas menengah ke atas juga demikian masih saving, tapi sudah jauh lebih baik dibandingkan tiga tahun lalu,” ungkap Yongky.

Walaupun demikian, pertumbuhan industri ritel modern diproyeksi akan melaju lebih kencang mulai semester II/2019.

Pertumbuhan industri ritel modern menurut Yongky baru akan melaju lebih kencang pada semester II/2019 atau usai ditetapkannya susunan kabinet baru oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2019.  Pertumbuhan industri ritel modern hingga semester I/2019 tercatat hanya mencapai 2%.

Masyarakat saat ini dinilai masih menunggu susunan kabinet baru yang diharapkan dapat mengeluarkan terobosan untuk untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan menghadirkan optimisme di kalangan pengusaha serta masyarakat hingga lima tahun ke depan.

“Diprediksi pertumbuhan (industri ritel modern) semakin kencang tahun 2020, karena Presiden Jokowi ini ingin menggenjot ekonomi, untuk impact dari kondisi global mungkin masih bisa dibatasi, impact dari aturan-aturan atau kinerja (pemerintah) yang ( akan berdampak) besar,” katanya.

Sementara itu, sejauh ini menurut Kementerian Perdagangan pertumbuhan industri ritel modern di Tanah Air masih menunjukkan tren positif. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan konsumsi barang kebutuhan sehari–hari atau fast moving consumer goods (FCMG) yang menggembirakan dibandingkan dengan tahun lalu.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto mengatakan FCMG yang terdiri dari 58 kategori produk selama ini menjadi produk yang menjadi andalan penjualan ritel modern.

“Secara umum konsumsi FCMG di ritel modern Indonesia tumbuh sebesar 6,6% dengan perincian untuk format minimarket tumbuh 12,1% diikuti oleh format supermarket dan hypermarket -6,8% selama periode April 2018—April 2019,” katanya kepada Bisnis.com beberapa waktu lalu.

Sebagai catatan, konsumsi FCMG secara keseluruhan di Indonesia tumbuh sebesar 1,8% pada periode April 2018—April 2019. Walaupun masih jauh dibandingkan angka inflasi, capaian tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya, April 2017—April 2018 yang hanya tumbuh sebesar 1%.

Terkait dengan pertumbuhan industri ritel di Tanah Air, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey sebelumnya memprediksi adanya pertumbuhan hingga 10% sampai dengan akhir 2019. Angka tersebut lebih tinggi dari klaim realisasi tahun lalu yang berada di kisaran 8%—8,5%.

Pemerintahan baru Jokowi lewat progam-program baru yang dijanjikan pada masa kampanye diharapkan dapat membawa dampak positif bagi industri ritel modern karena lantaran diproyeksi bakal meningkatkan konsumsi masyarakat.

 Beberapa program baru, tersebut di antaranya adalah Kartu Sembako Murah, jaminan pendidikan bagi mahasiswa miskin berupa Kartu Indonesia (KIP) Kuliah dan program peningkatan keterampilan bagi pencari kerja dan  mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) lewat Kartu Prakerja.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rezha Hadyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper