Bisnis.com, JOHOR BARU — Tingginya harga tiket pesawat rute domestik, membuat pendapatan pengusaha agen perjalanan mengalami penurunan hingga 60% sepanjang tahun ini.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Sjahrul Firdaus Faryd mengatakan, penurunan pendapatan terbesar dialami di sektor penjualan tiket. Sepanjang Januari-Juli 2019, rata-rata pendapatan di sektor tersebut turun hingga 70% dari periode yang sama pada tahun lalu.
"Penurunan pendapatan terbesar terutama dialami oleh pengusaha yang spesialisasinya menjual tiket pesawat murah. Anjlok sekali pendapatannya," ujarnya ketika ditemui Bisnis.com di Johor Baru, Malaysia, (27/7/2019).
Di samping itu, lanjutnya, penurunan pendapatan juga dialami oleh penyedia paket tur wisata. Rata-rata penurunan pendapatan di sektor tersebut sepanjang tahun ini terkoreksi hingga 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Namun, penurunan pendapatan pengusaha di sektor penyedia paket tur tersebut tidak sedalam penjual tiket. Pasalnya, pendapatan para penyedia tur perjalanan masih bisa terkompensasi oleh penjualan paket perjalanan wisata ke luar negeri atau outbound.
"Permintaan paket wisata ke luar negeri melonjak tahun ini. Tiket pesawat domestik yang naik, membuat harga paket perjalanan wisata dalam negeri ikut naik tajam. Sebab, harga tiket pesawat itu mencapai 50% dari biaya paket perjalanan," jelasnya.
Baca Juga
Dia mengatakan, saat ini, wisatawan Indonesia lebih meminati berwisata ke luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Negara- negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura dan Malaysia menjadi negara yang paling diminati sebagai pengganti destinasi wisata domestik. Sementara itu, di luar Asia Tenggara, negara yang meningkat peminatnya tahun ini adalah Jepang, Korea Selatan dan Hong Kong.
Dia menjelaskan, harga tiket pesawat ke luar negeri jauh lebih murah lantaran beberapa maskapai asing acap kali menawarkan diskon atau promosi. Kebijakan itu menurutnya, berbanding terbalik dengan yang dimiliki oleh maskapai Indonesia.
Untuk itu dia meminta agar maskapai penerbangan Indonesia kembali menurunkan harga tiketnya. Pasalnya, menurut dia dampak ekonomi yang diakibatkan oleh mahalnya harga tiket pesawat tersebut sangat besar, walaupun sejumlah maskapai mengklaim sudah menurunkan harga tiketnya.
Adapun, berdasarkan data Bank Indonesia, pada semester I/2019 jumlah wisatawan nasional yang melakukan outbound sebanyak 5,3 juta wisatawan. Jumlah itu, meningkat sebesar 10% dari periode yang sama tahun lalu (yoy) yang mencapai 4,7 juta wisatawan.
Pertumbuhan secara tahunan jumlah wisatawan RI yang melakukan perjalanan luar negeri pada Januari-Juni 2019, naik signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama pada 2018. Pada semester I/2018 lalu pertumbuhan wisatawan yang melakukan outbound mencapai 4,32% secara yoy.
Hal senada dialami oleh pemilik agen perjalanan Wisata Bintang Dian Dalu Akirta. Dia mengatakan, selain harga tiket pesawat yang tinggi, tarif bagasi maskapai domestik yang tergolong mahal membuat wisatawan Indonesia mengurangi frekuensi berwisatanya.
“Wisatawan Indonesia, apalagi yang menempuh perjalanan jauh ke luar pulau misalnya, mereka pasti berbelanja oleh-oleh yang banyak. Namun, aktivitas itu sulit dilakukan saat ini, di tengah tarif bagasi yang sangat tinggi,” ujarnya.
Kondisi itu, lanjutnya turut membuat pendapatan penjualannya dari penyediaan jasa perjalanan wisata berkurang drastis pada tahun ini.
Neni Trinawati, pemilik perusahaan biro perjalanan wisata Duta Siak Wisata mengatakan, sepanjang tahun ini perusahaannya mengalami penurunan pendapatan hingga 70% akibat kenaikan harga tiket pesawat terbang.
Perusahaan jasa perjalanan wisata yang berpusat di Pekanbaru, Riau tersebut, saat ini lebih menggantungkan pendapatannya dari penjualan tiket pesawat terbang dan jasa perjalanan ke luar negeri.
"Paket perjalanan ke Malaysia, seperti ke Melaka atau ke Singapura mengalami kenaikan tajam. Saat ini, paket perjalanan yang sedang naik selain paket wisata adalah paket perjalanan untuk berobat atau kesehatan," katanya.
Menurutnya, masyarakat di Riau lebih gemar berobat ke Malaysia dan Singapura. Hal itu disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan di kedua negara tersebut yang lebih baik daripada Indonesia.
"Selain kualitas pelayanan, tentu harga tiket transportasi ikut mempengaruhi. Harga tiket dari Pekanbaru ke Jakarta atau kota lain di Pulau Jawa yang punya rumah sakit berkualitas, harganya jauh lebih mahal daripada pesawat ke Malaysia atau Singapura," tegasnya.