Bisnis.com, JAKARTA — Universitas Siber Asia ditunjuk sebagai proyek percontohan perguruan tinggi swasta yang menggunakan rektor asing.
Dirjen Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignjo mengatakan untuk tahun ini, penggunaan rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi baru diterapkan di satu universitas swasta.
"Baru satu universitas yang kami jadikan contoh yang dipimpin rektor asing di tahun ini, ini universitas baru Universitas Siber Asia atau Cyber Education (ICE) Institute," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (27/8/2019).
Adapun rektor asing yang memimpin Universitas Siber Asia ini berasal dari Korea Selatan yang dipercayakan untuk membenahi sistem pendidikan di Tanah Air.
Universitas Siber Asia ini, lanjutnya, merupakan perguruan tinggi berbasis daring yang diselenggarakan atas kerja sama Universitas Nasional Jakarta dengan Hankuk University of Foreign Studies Korea.
"Kenapa memilih Universitas Siber Asia ini? Karena memenuhi standar pendirian perguruan tinggi," katanya.
Baca Juga
Dari proyek percontohan tersebut, nantinya akan dilakukan evaluasi agar dapat diterapkan di perguruan tinggi baik swasta maupun negeri lainnya.
"Ini nanti kami evaluasi dahulu. Kalau sudah berjalan sesuai baru diterapkan di universitas lain sambil menunggu revisi peraturan-peraturan pemerintah. Tahun ini revisi aturan selesai," ucap Patdono.
Kemenristekdikti enggan membeberkan lebih lanjut berapa banyak perguruan tinggi tahun depan yang akan menggunakan rektor asing.
Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhamad Nasir mengatakan tahun depan akan ada 1—2 perguruan tinggi yang akan menggunakan rektor asing.
Kendati demikian, pihaknya enggan membeberkan lebih lanjut perguruan tinggi mana saja yang akan dipimpin oleh rektor asing.
"Ini setelah kami lakukan perbaikan 14 aturan yang menghambat penggunaan rektor asing. target perbaikan 2020. Kami lakukan evaluasi juga dari rektor Korea yang mimpin di Universitas Siber," terangnya.
Menurutnya, keberadaan rektor asing tersebut harus mampu menjadikan universitas di Indonesia berkualitas dan berdaya saing di tingkat global.
Terlebih, berdasarkan data QS Ranking World University 2019/2020, Universitas Indonesia merupakan universitas pertama dari Indonesia yang menduduki peringkat 296 di dunia.
"Targetnya meningkatkan angka partisipasi kasar, mutu harus jadi baik dan daya saing nanti di tingkat internasional. Kami juga ingin perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk 100 hingga 200 besar dunia," ujar Nasir.