Bisnis.com,JAKARTA - Penurunan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diperkirakan masih akan terjadi selama sisa tahun 2019.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai keputusan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% memang akan mendorong kredit perbankan. Tetapi, pertumbuhan yang didapat tidak akan besar.
Keputusan BI yang agresif dengan menurunkan suku bunga acuan pada awalnya akan membuat konsumen pasif. Mereka akan menunggu apakah BI akan kembali menurunkan suku bunga acuan atau tidak.
Lana pun memperkirakan BI akan kembali menurunkan suku bunga acuan pada sisa tahun 2019. Melihat tren perekonomian, suku bunga dapat turun hingga posisi 5% pada Desember 2019.
"Karena satu atau dua kali (penurunan suku bunga) itu belum cukup untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (22/8/2019) malam.
Dihubungi secara terpisah, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penurunan yang dilakukan BI secara teoritis dapat mendorong kredit perbankan. Namun, BI juga harus dapat menjaga likuiditas aset dengan baik.
Jika bank sentral mampu menjaga likuiditas, maka suku bunga kredit perbankan dapat terpacu. Hal ini kemudian akan turut mengerek naik suku bunga deposito.
"Efeknya baru dapat terlihat setelah sekitar tiga bulan. Tetapi, kredit korporasi dan rumah tangga akan terdorong paling besar, seperti yang diperkirakan BI," terangnya.
Sementara itu, Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Dwiwulan berpendapat penurunan suku bunga acuan merupakan sinyal positif terhadap kenaikan harga pasar modal dalam beberapa waktu kedepan.
Keputusan penurunan suku bunga acuan sebanyak dua kali berturut-turut bukan hal baru yang dilakukan oleh BI. Hal ini pernah dilakukan pada September 2017 lalu.
"Keputusan Gubernur BI yang berani menurunkan suku bunga di tengah volatilitas nilai tukar rupiah menunjukkan BI melihat keseimbangan eksternal di Indonesia, terutama defisit transaksi berjalan, tidak seburuk perkiraan para analis," kata Satria.
Hasil keputusan tersebut pun terbukti cukup positif. Hal ini terlihat dari naiknya nilai tukar rupiah sebesar 0,04% setelah pengumuman kenaikan suku bunga acuan.
Senada dengan, Josua, mereka juga melihat penurunan suku bunga sebagai cara efektif untuk kembali menggairahkan pinjaman. Menurut data yang dihimpun dari Bank Indonesia, pertumbuhan kredit year-on-year tengah menunjukkan tren menurun.
Pada Mei 2019 pertumbuhan kredit berada di posisi 11,1%. Angka tersebut turun sebulan kemudian pada nilai 9,9%.
Satria juga menambahkan ada kemungkinan yang cukup kuat The Fed akan mengirimkan sinyal dovish terhadap perekonomian dunia. Gubernur The Fed, Jerome Powell, kemungkinan akan mengumumkan penurunan suku bunga acuan dalam pidatonya pada Simposium Ekonomi Jackson Hole yang akan diselenggarakan pada Jumat (23/8/2019) mendatang waktu setempat.
"(Pengumuman) ini dapat melemahkan nilai tukar mata uang Asia, termasuk Rupiah," terangnya.