Bisnis.com, JAKARTA Progres pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Rantau Dedap telah mencapai 45 persen target beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada Agustus 2020.
Adapun eksplorasi pada wilayah kerja panas bumi (WKP) Rantau Dedap telah dilakukan sejak 2014. Nilai investasi untuk pembangunan pembangkit tersebut mencapai US$700 juta.
Vice President Relations and Safety Health Environment PT Supreme Energy Prijandaru Effendi mengatakan dari target pengeboran 16 sumur, pihaknya telah menyelesaikan 11 sumur. Artinya, perlu pengeboran lima sumur lagi untuk mendapatkan uap yang optimal sebagai energi pembangkitan sehingga mampu berproduksi.
"Lagi pemboran untuk mendapatkan kapasitas 90 MW," katanya, Selasa (13/8/2019).
Adapun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menarget empat pembangkit geothermal berkapasitas total 185 MW akan beroperasi komersial pada 2019. Saat ini pemanfaatan kapasitas total terpasang energi panas bumi di Indonesia adalah sebesar 1.948,5 MW.
Keempat pembangkit tersebut, yakni PLTP Lumut Balai Unit 1 di Sumatera Selatan berkapasitas 55 MW yang dioperasikan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PLTP Muara Laboh Unit 1 di Sumatera Barat oleh Supreme Energy berkapasitas 80 MW, PLTP Sorik Merapi 1 di Sumatera Utara oleh Sorik Merapi Geothermal Power 45 MW, dan Sokoria 1 di NTT oleh Sokoria Geothermal Indonesia berkapasitas 5 MW.
Baca Juga
Berdasarkan laporan eksplorasi, potensi panas bumi di empat wilayah kerja tersebut sebenarnya jauh lebih besar daripada kapasitas PLTP yang akan dipasang. Adapun wilayah kerja panas bumi (WKP) Lumut Balai memiliki potensi 225 MW, WKP Muara Laboh memiliki potensi 220 MW, WKP Sorik Merapi memiliki potensi 240 MW, dan WKP Sokoria 30 MW.