Bisnis.com, JAKARTA Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 1 berkapasitas 80 MW di Sumatera Barat dipastikan akan beroperasi komersial atau melakukan commercial operation date (COD) pada November 2019.
Progres pembangunan pembangkit yang menggunakan energi terbarukan tersebut saat ini telah mencapai 95 persen. Adapun nilai investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan PLTP Muara Laboh adalah sekitar US$700 juta.
Eksplorasi sendiri telah dilakukan sejak Mei 2017 dengan rangkaian kegiatan pemboran sumur produksi dan sumur injeksi, pembangunan fasilitas lapangan, dan pembangkit listrik. PLTP Muara Laboh akan menyalurkan listrik ke PT PLN (Persero) berdasarkan kontrak jual beli listrik selama 30 tahun.
PT Supreme Energy menargetkan PLTP Muara Laboh akan mampu mengalirkan listrik ke 120.000 rumah tangga yang ada di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.
Vice President Relations and Safety Health Environment Supreme Energy Prijandaru Effendi mengatakan pada 24 Agustus 2019, PLTP Muara Laboh Unit 1 akan melakukan sinkronisasi pertama ke jaringan. Selain sinkronisasi, tahapan lainnya yang akan dilakukan yang backfeeding dan commissioning semua unit, load rejection test, dan performance test.
Tiga bulan pascasinkronisasi pertama dilakukan atau sekitar November 2019, PLTP tersebut akan mulai COD. "Tapi masih akan ada pertambahan sekitar 60 MW, itu unit 2, target 2024 akhir," katanya, Selasa (13/8/2019).
Baca Juga
Senior Manager Business Relation PT Supreme Energy Ismoyo Argo mengatakan Supreme Energy memang sedang melakukan perencanaan pengembangan PLTP Muara Laboh Unit 2 dengan kapasitas 60 MW.
Menurutnya, pengembangan pembangkit panas bumi dilakukan dengan menyesuaikan potensi wilayah kerja. Kegiatan eksploitasi diupayakan tidak menguras habis cadangan uap dalam permukaan bumi karena akan merusak reservoir.
"Jadi, manajemen reservoir juga harus bagus, kita seoptimal mungkin dalam memanfaatkan uap supaya bisa sustain," katanya.