Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan mendesak agar pemerintah membenahi infrastuktur penyeberangan di lintas Merak—Bakauheni.
Tanpa kapasitas yang memadai, dermaga yang sudah ada akan sulit menampung arus kendaraan yang diperkirakan terus bertambah sejalan dengan pengoperasian jalan tol baru.
Ketua Umum Gapasdap Khoiri Stuomo mengatakan bahwa saat ini kapasitas dermaga penyeberangan di lintas Merak—Bakauheni tidak memadai.
Dari 71 kapal feri milik anggota Gapasdap, hanya 30 yang beroperasi karena keterbatasan waktu sandar.
Menurut Khoiri, jumlah dermaga yang ideal di lintas Merak—Bakauheni sebanyak 14 dermaga. Jumlah dermaga sebanyak itu, lanjutnya bisa mengurangi waktu sandar kapal sehingga arus penyeberangan lebih lancar.
Di samping itu, pelabuhan juga perlu dilengkapi dengan pemecah gelombang sehingga operasional dermaga tidak terganggu cuaca.
Baca Juga
Khoiri khawatir bila infrastruktur pelabuhan penyeberangan tidak dibenahi, kemacetan akibat menunggu antrean masuk kapal akan terjadi.
"Kalau jalan tol sudah sudah nyambung, [tol] Trans-Jawa selesai, Trans-Sumatra nyambung, akan terjadi kemacetan luar biasa. Saya khawatir terjadi Brexit," ujarnya kepada Bisnis, Senin (12/8/2019).
Brexit merupakan pendekan dari Brebes Exit, pintu keluar jalan tol ke Brebes Timur.
Pada Juli 2016 saat arus mudik, terjadi peristiwa kemacetan panjang di jalan tol Pejagan—Pemalang. Peristiwa itu terjadi akibat penyumbatan gerbang tol (GT) Brebes Timur saat arus kendaraan yang hendak keluar tol tak bisa ditampung jalan arteri.
Khoiri menuturkan bahwa peristiwa Brexit bisa terjadi di Merak maupun Bakahueni karena saat angkutan Lebaran, kedua pelabuhan itu selalu dipenuhi kendaraan hingga terjadi antrean panjang.
Pada 30 Mei 2019 atau H-6 Idulfitri, antrean di Pelabuhan Merak mengular hingga KM 92 tol Tangerang—Merak. Saat arus balik, 8 Juni 2019, kendaraan yang hendak menuju Pelabuhan Bakauheni mengantre hingga 2 kilometer di jalan tol Bakauheni—Terbanggi Besar.