Bisnis.com, JAKARTA — Pasar properti residensial khususnya rumah tapak ikut tertekan saat menghadapi paruh pertama 2019 dengan penuh tantangan, seperti pemilihan umum dan Lebaran,
Berdasarkan hasil riset Cushman & Wakefield Indonesia, sepanjang semester pertama 2019, keseluruhan pasar hunian tapak di Jakarta dan Bodetabek menunjukkan adanya penurunan yang signifikan, tercermin dari penurunan jumlah pembelian unit dan nilainya.
Secara keseluruhan, harga rumah tapak pada semester pertama 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu masih mencatatkan kenaikan dengan rata-rata harga lahan di Jabodetabek sekitar Rp11,02 juta per meter persegi atau hanya tumbuh 4,92%.
“Rata-rata unit rumah yang terjual turun 3,4 unit menjadi 22,9 unit per bulan per daerah, sedangkan nilai serapannya pada paruh pertama diperkirakan hanya mencapai Rp33,70 miliar per wilayah atau turun 11,90 persen dibandingkan dengan semester sebelumnya,” ungkap Arief Rahardjo, Director Research Cushman & Wakefield Indonesia melalui laporan tertulis, Rabu (7/8/2019).
Kemudian, dilihat berdasarkan kinerjanya, meskipun Tangerang mengalami penurunan jumlah pembelian sekitar 4,30 unit atau 9,70 persen secara tahunan dibandingkan dengan semester sebelumnya, Tangerang masih mencatatkan rata-rata jumlah pembelian tertinggi di Jabodetabek.
Rata-rata serapan rumah tapak di Tangerang mencapai 27,70 unit per bulan dengan rata-rata nilai transaksi Rp51,70 miliar.
Baca Juga
“Sepanjang semester pertama tahun ini, mayoritas transaksi unit perumahan di Jabodetabek didominasi pembelian rumah kelas menengah, sekitar 36,50 persen dari keseluruhan transaksi, diikuti oleh kelas menengah bawah sebanyak 27,80 persen,” ungkap kata.
Selanjutnya, berdasarkan wilayah, kontribusi transaksi dari kelas menengah paling banyak datang dari Bekasi, dengan pangsa sekitar 51 persen dari keseluruhan transaksi.
Sementara itu, Tangerang berkontribusi pada hampir seluruh transaksi kelas menengah bawah dengan pangsa 35,60 persen.
Selanjutnya, berdasarkan unit yang sudah ditransaksikan, pembeli masih banyak berasal dari kalangan end user sebanyak 75 persen dengan paling banyak memilih harga Rp1,10 miliar—Rp1,50 miliar.
Adapun, hunian ukuran bangunan 55 meter persegi—116 meter persegi dengan luas lahan 60 meter persegi—105 meter persegi menjadi yang paling banyak dipilih.
Kemudian, untuk cara pembayaran, meskipun suku bunga dari Bank Indonesia sudah sempat mencapai 6 persen sejak November 2018, cara pembayaran melalui kredit pemilikan rumah masih menjadi pilihan utama di Jabodetabek dengan pangsa 78 persen pada semester pertama 2019, diikuti oleh cicilan sebanyak 13 persen, dan 10 persen tunai keras.