Bisnis.com, JAKARTA – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF memfasilitasi organisasi pengembang perumahan asal Filipina, OSHDP (Organization of Socialized and Economic Housing Developers, Inc) untuk melakukan studi banding tentang corak industri pembiayaan perumahan untuk masyarakat di Indonesia.
Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF Heliantopo mengatakan bahwa kerja sama studi banding ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dan dasar bagi kedua belah pihak dalam melakukan kerja sama, penelitian, berbagi informasi, berbagi pengetahuan, yang berkaitan erat dengan pembiayaan perumahan.
Heliantopo menambahkan bahwa selama ini Indonesia dan Filipina, melalui SMF dan NHMFC (National Home Mortgage Finance Corporation) telah lama membangun hubungan baik, terlebih lagi kedua lembaga tersebut merupakan anggota ASMMA (Asian Secondary Mortgage Market Association).
Kedua pihak sama-sama memiliki peran yang cukup strategis, khususnya sebagai katalis dalam mendukung pengembangan pasar pembiayaan sekunder perumahan untuk mendukung kepemilikan rumah yang layak dan terjangkau bagi masyarakat.
“Pada posisinya SMF sebagai satu-satu nya lembaga BUMN yang bergerak dalam hal secondary mortgage , selalu siap untuk merajut sinergi dengan berbagai pihak untuk mengakselerasikan pengembangan pasar pembiayaan perumahan, khususnya di Indonesia,“ ucap Heliantopo dikutip dalam keterangan resmi, Kamis (27/6/2019).
National President of OSHDP Jefferson Bongat mengatakan bahwa studi banding tersebut merupakan bagian dari agenda rutin OSHDP setiap tahunnya.
“Kami mempunyai fokus pada negara-negara dengan bisnis pengembangan hunian untuk publik. Tahun ini kami mengindentifikasi bahwa indonesia merupakan negara dengan pengembangan hunian publik yang menarik untuk dikaji,” katanya.
Selanjutnya, Jefferson mengungkapkan bahwa secara khusus pihaknya ingin mengetahui pasar real estat dan perumahan di Jakarta, mulai dari mekanisme keuangan, kebijakan Pemerintah, serta regulasi dan inovasi dalam pengembangan perumahan di Indonesia.
Kepada OSHDP, Heliantopo memaparkan bahwa selama ini, kredit pemilikan rumah masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam membeli/memiliki rumah. Masyarakat, imbuh Heliantopo, cenderung memilih metode kredit dibandingkan tunai bertahap dan tunai.
Berdasarkan data Bank Indonesia, selama kuartal I/2019, presentase pemilikan rumah melalui KPR mencapai angka 74,2 %, lebih tinggi dibandingkan pemilikan secara tunai bertahap yang hanya 17,3 %, dan tunai yang sebanyak 8,5 %.
Sementara itu, terkait backlog pemilikan rumah, data dari Badan Pusat Statistik Indonesia 2017 menunjukkan bahwa backlog perumahan di Indonesia didominasi oleh backlog kepemilikan ketimbang kepenghunian.
Hal tersebut ditunjukkan oleh angka backlog kepemilikan yang mencapai 13,7 juta keluarga dibandingkan dengan backlog kepenghunian dengan angka 6,4 juta keluarga.
Terkait dengan pembiayaan perumahan di Indonesia, Heliantopo memaparkan bahwa penetrasi KPR di Indonesia cenderung masih rendah, sedangkan rasio KPR terhadap PDB di Indonesia pada 2018 hanya sebesar 3%.
Angka tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain, seperti Filipina yang berada di angka 3,9%, Thailand 22,7 %, Malaysia 39,1 %, dan Amerika 75,2%.
Lebih lanjut, Heliantopo juga mengatakan bahwa tren KPR di Indonesia terhadap GDP Indonesia cenderung rendah yaitu hanya berkisar 2,8% di tahun 2013 sampai dengan 2017dan pada 2018 baru menyentuh angka 3%. Sedangkan rasio KPR terhadap total kredit perbankan di angka 8,41% di tahun 2018.
“Hal ini menunjukkan bahwa KPR dapat tumbuh lebih jauh, SMF yakin masih adanya ruang untuk tumbuh lebih besar bagi pasar pembiayaan perumahan, baik sekunder maupun primer,” katanya.