Bisnis.com, JAKARTA -- Digitalisasi dinilai mampu mempersingkat waktu pelayanan dan biaya operasional di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat.
General Manajer PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC Cabang Pelabuhan Pontianak Ari Sugiri mengatakan digitalisasi berhasil menekan biaya logistik. Menurut dia, efisiensi operasional layanan kepelabuhanan tidak hanya meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi juga menghemat biaya operasional pengguna jasa.
Ari menjelaskan penerapan teknologi digital di terminal peti kemas Pelabuhan Pontianak berhasil menekan biaya angkut kontainer hingga Rp2,1 juta per TEUs.
Sebelum penerapan Terminal Operating System (TOS), biaya angkut kontainer mencapai Rp4,6 juta per TEUs. Saat ini, biaya angkut kontainer di Pelabuhan Pontianak hanya Rp2,5 juta per TEUs.
TOS adalah aplikasi digital yang digunakan untuk operasional bongkar muat kontainer, mulai dari kapal hingga kontainer diangkut ke luar pelabuhan maupun sebaliknya.
“Transformasi di Pelabuhan Pontianak kami lakukan secara bertahap sejak 2015. Khusus pengoperasian teknologi TOS di terminal peti kemas Pelabuhan Pontianak, mulai kami terapkan sejak 2017, dan hasilnya langsung terlihat,” terangnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (25/6/2019).
Baca Juga
Dari sisi kinerja, digitalisasi juga langsung berimbas pada kapasitas penanganan (throughput) peti kemas yang naik dari tahun ke tahun. Sejak 2010, rata-rata pertumbuhan throughput peti kemas di Pelabuhan Pontianak naik rata-rata 5,4 persen.
“Dengan lahan terminal peti kemas yang tidak bertambah [tetap seluas 4 hektare], penanganan peti kemas pada 2018 bisa hampir 300.000 TEUs. Bandingkan dengan kinerja terminal peti kemas 2014 yang hanya 176.906 TEUs,” sebut Ari.
Pada 2013, lanjutnya, masa inap barang (dwelling time) di Pelabuhan Pontianak mencapai 7 hari. Saat ini, pembenahan layanan kepelabuhanan melalui digitalisasi telah menurunkan dwelling time hingga menjadi 3 hari.
Dia menilai efisiensi ini menguntungkan pengguna jasa dan meningkatkan kinerja IPC, yang pada ujungnya memperlancar kinerja ekspor nasional.
Salah satu aplikasi TOS terbaru yang saat ini dipakai adalah NPK Stripping & Stuffing, untuk perencanaan dan pengendalian operasi di lapangan penumpukan peti kemas. Aplikasi yang baru digunakan mulai Februari 2019 itu membuat penanganan peti kemas meningkat dari 36 boks per jam menjadi 49 boks per jam.