Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Huawei Jadi Alat Negosiasi AS ke China

Selain soal tarif, boikot Huawei Technologies Co. menjadi salah satu poin yang akan menjadi pembahasan dalam negosiasi kedua pemimpin negara tersebut.
Logo Huawei/REUTERS-Edgar Su
Logo Huawei/REUTERS-Edgar Su

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus mengupayakan negosiasi dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan G20 di Jepang.

Selain soal tarif, boikot Huawei Technologies Co. menjadi salah satu poin yang akan dibahas dalam negosiasi kedua pemimpin negara tersebut.

Pemerintahan Trump belum lama ini memboikot korporasi raksasa asal China itu dari jaringan telekomunikasi 5G seluruh dunia. Bahkan, AS mencantumkan Huawei dalam daftar hitam dengan alasan ancaman keamanan nasional.

"Saya melihatnya sebagai ancaman. Namun pada saat yang sama, kami akan melakukan sebuah kebijakan terkait Huawei dalam kesepakatan dagang dengan China. Beijing menginginkan kesepakatan, sama seperti saya, tapi kita lihat apa yang akan terjadi nanti," kata Trump dikutip dari Bloomberg, Rabu (12/6/2019).

Ancaman Trump terus berlanjut. Jika China menolak negosiasi di sela-sela G20 tersebut, AS akan kembali menaikkan tarif impor China. Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia akan mengenakan tarif 25 persen atau jauh lebih tinggi terhadap sisa impor China senilai US$300 miliar.

"Kami berharap dapat bertemu. Jika terjadi, maka ini adalah hal baik, dan jika tidak, dilihat dari sudut pandang kami, kesepakatan terbaik yang dapat kami tawarkan adalah 25 persen terhadap total [impor] US$600 miliar," kata dia.

Bagi beberapa pengamat ekonomi China, hal ini terdengar seperti ancaman dan trik. Zhou Xiaoming, mantan diplomat dan pejabat Mofcom mengatakan, Trump ingin menggunakan tekanan maksimum untuk memaksa China kembali ke meja perundingan.

"Dan jika tidak ada pertemuan antara kedua pemimpin, Trump akan menyalahkan China," kata Zhou.

Jika Trump memberlakukan ancamannya untuk menambah bea 25 persen terhadap seluruh impor dari China, maka dampaknya akan membebani penjualan alat komunikasi vital dan produk konsumen sehari-hari.

Pada kesempatan lain, Trump sempat menegaskan dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa tarif tambahan akan segera diberlakukan jika tidak ada pertemuan di KTT akhir bulan ini.

"Saya yakin dia [Xi] akan hadir dan sudah diagendakan. Kami memiliki hubungan yang baik dan dia sebenarnya adalah orang hebat. Sangat kuat dan cerdas. Tapi dia mewakili China dan saya mewakili AS," tutur Trump.

Pembicaraan perdagangan dengan China terbentur jalan buntu bulan lalu setelah Trump menuduh Beijing mengingkari ketentuan perjanjian sementara. Kedua negara sejak itu terus meningkatkan ketegangan perang dagang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper