Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harapan Produsen Terigu dan Tempe dari Perang Dagang China-As

Kebijakan China membatasi impor biji-bijian dari AS akan membuat harga gandum dunia turun.
Aktivitas di gudang tepung terigu. /Antara
Aktivitas di gudang tepung terigu. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat dan China berdampak nefatif kepada harga komoditas di pasar global. Produsen  di Indonesia berharap agar penurunan harga komoditas bisa mengurangi tekanan yang telah dirasakan oleh industri tepung terigu dan kedelai dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa pekan terakhir, AS dan China makin agresif melakukan aksi saling balas penerapan bea masuk yang tinggi untuk komoditas impor dari kedua negara. AS mengenakan bea masuk hingga 25% terhadap 5.700 barang—termasuk produk konsumsi—dari China, yang akan berlaku pada 1 Juni 2019. Sebaliknya, China mengenakan tarif impor tambahan atas produk komponen teknologi, industri, gandum, kacang tanah, gula, dan buah beri dari AS.

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia Ratna Sari Loppies mengatakan, kebijakan China membatasi impor biji-bijian dari AS akan membuat harga gandum dunia turun. Situasi itu akan memberikan insentif tersendiri bagi industri tepung terigu dan olahan gandum di Indonesia. Pasalnya, sepanjang tahun lalu, industri tersebut telah tertekan oleh kenaikan harga gandum dan fluktuasi nilai tukar rupiah.

“Tinggal kita lihat bagaimana dampak perang dagang ini bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Semoga saja rupiah tetap stabil dan harga gandum terjaga atau bahkan turun,” jelasnya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, pada tahun lalu naiknya harga gandum akibat gangguan panen di sejumlah negara, membuat para pengusaha pengolahan gandum— terutama tepung terigu—menaikkan harga jualnya hingga 5%. Dia berharap dengan lonjakan pasokan di AS dan terbatasnya gangguan panen pada tahun ini, harga gandum dunia akan terjaga.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia Yusan melihat adanya sentimen positif yang signifikan bagi industri kedelai akibat perang dagang. Dia memprediksi impor kedelai dari AS menjadi lebih mudah, sehingga pelaku industri tahu dan tempe serta olahan kedelai lain akan menikmati untung yang signifikan.

“Seperti tahun lalu, kami melihat harga kedelai akan kembali turun. Tentu ini menjadi insentif bagi para pengusaha kedelai di tengah meningkatnya biaya produksi karena harga gas dan listrik yang masih tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper