Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah khawatir dampak ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China akan menjalar ke Indonesia. Sebagai langkah antisipasi, sejumlah upaya dilakukan termasuk lobi langsung ke AS.
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, kendati ada potensi keuntungan yang bisa diraih oleh Indonesia, aksi proteksi berlebihan dari Presiden AS Donald Trump mengancam perdagangan Indonesia.
"Perselisihan antara keduanya yang berkepanjangan juga dapat membebani defisit transaksi berjalan Indonesia dan masuknya dana asing," kata dia seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (15/5/2019).
Perdagangan dunia dalam beberapa pekan terakhir diguncang dengan adanya perang tarif antara AS dan China. Indonesia yang pada tahun lalu mengalami surplus perdagangan US$10,7 miliar dengan AS sempat masuk ke dalam penyelidikan Trump karena dianggap menyalahgunakan kesepakatan perdagangan.
Menurut Bambang, Indonesia dan China memiliki kesamaan, yakni sama-sama menciptakan defisit dari sisi Negeri Paman Sam itu. Hanya saja dari sisi nilai memang berbeda cukup jauh.
"Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mendekati AS agar Indonesia tidak akan menjadi bagian dari gagasan mereka tentang proteksionisme perdagangan dan bagaimana kita dapat mengambil keuntungan dari potensi penurunan ekspor China ke AS," harap Bambang.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah terus melakukan lobi dengan AS untuk tetap menjadi bagian dari sistem preferensi umum (Generalized System of Preferences/GSP).
Program ini dirancang untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dengan memungkinkan masuknya bebas pajak untuk ribuan produk dari negara-negara penerima yang ditunjuk.
Awal tahun ini, AS mengindikasikan akan menghapus India dari program tersebut. "Kami masih mendiskusikan, melobi, memastikan bahwa kami akan aman dari perawatan semacam ini," kata Bambang.
Ketidakpastian hubungan perdagangan dengan AS terjadi ketika Indonesia berupaya meningkatkan ekspor untuk membantu mengekang defisit transaksi berjalan yakni 2,6 persen dari produk domestik bruto pada kuartal pertama.
"Kita tahu eskalasi perang dagang ini dapat berdampak pada mata uang. Jadi akan ada tekanan pada defisit transaksi berjalan, aliran masuk portofolio kami dan pada akhirnya mata uang kami," ujarnya.
Data transaksi berjalan dan kekhawatiran perang perdagangan mendorong rupiah melemah ke level terendah empat bulan terhadap kemarin, memangkas kenaikan yang dibuat dalam beberapa bulan terakhir.
Volatilitas pasar dapat mendorong bank sentral untuk menunda penurunan suku bunga. Mayoritas ekonom memperkirakan bank akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 6 persen.
"Kita mungkin harus menunggu sedikit untuk relaksasi tingkat bunga. Bank sentral dan pemerintah perlu melihat volatilitas di pasar global. Saya pikir pengurangan suku bunga tidak akan membantu mengingat volatilitasnya."