Bisnis.com, JAKARTA - Para ekonom memperkirakan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia akan terus memburuk dan mencapai puncaknya pada akhir tahun.
Sebuah survei Bloomberg News pada Senin (13/5/2019), menunjukkan mayoritas dari 40 ekonom melihat Presiden AS Donald Trump akan meneruskan ancamannya untuk mengenakan tarif tambahan 25 persen pada semua impor yang tersisa dari China.
David Sloan, ekonom senior di Continuum Economics mengatakan, ada lebih banyak eskalasi yang akan terjadi sebelum kedua belah pihak mencapai sebuah kesepakatan.
Menurutnya, kesepakatan dagang dapat tercapai tahun ini dan tarif impor tambahan akan diberlakukan pada kuartal ketiga.
"Untuk mencapai sebuah kesepakatan dagang adalah kepentingan ekonomi yang menjadi target baik bagi AS maupun China. Ketegangan perang tarif akan menyengsarakan ekonomi AS secara signifikan dan mungkin dampaknya akan lebih parah bagi China," ujar Sloan seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (14/5/2019).
Secara keseluruhan, perang dagang meningkatkan kemungkinan skenario yang lebih buruk. Empat perlima ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi meningkatkan risiko resesi AS hingga akhir tahun depan.
Baca Juga
Meskipun pertumbuhan ekonomi kuartal pertama AS melampaui perkiraan, laporan selanjutnya diperkirakan akan melemah karena dorongan dari pemotongan pajak berkurang dan permintaan global melambat.
Menurut hampir setengah dari total responden, skenario semacam itu, di mana kenaikan tarif yang menyeret turun pertumbuhan yang sudah lebih lemah, dapat mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga.
Dua pertiga ekonom yang menjadi responden juga melihat peluang perjanjian perdagangan antara AS dan China akan tercapai tahun ini, sementara hampir seperlima lainnya memperkirakan kesepakatan akan terjadi pada 2020.
Lima ekonom atau 13 persen responden untuk pertanyaan itu, lebih pesimistis bahwa kesepakatan perdagangan tidaka akan tercapai setidaknya sampai lima tahun ke depan.
Lebih dari setengahnya melihat AS akan memberlakukan tarif 25 persen untuk semua impor yang tersisa dari China, 30 persen responden memperkirakan tidak akan ada tarif tambahan sementara 18 persen lainnya memproyeksikan tarif tambahan, tetapi pada tingkat di bawah 25 persen.