Bisnis.com, JAKARTA - Tren pelemahan ekspor dalam negeri akibat penurunan permintaan global sebagai dampak dari perang dagang China dan Amerika Serikat (AS) masih akan berlanjut.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. David E. Sumual mengatakan, risiko pelemahan ekspor Indonesia ini belum mencapai titik puncaknya.
"Kalau diibaratkan tanjakan ini baru di lembahnya," kata David, Selasa (14/5/2019). Dalam kondisi saat ini, dia melihat pemerintah perlu melakukan upaya untuk kembali menggenjot ekspor.
Salah satu solusinya adalah memperkuat investasi langsung agar ketika perang dagang ini usai, ekspor dapat kembali terdongkrak dengan cepat.
"Sebenarnya sekarang tidak ada upaya yang bisa segera dilakukan dan bisa dirasakan. Yang paling mendesak adalah mengundang investasi," ujar David.
Dia menambahkan, sebenarnya pelemahan pasar ekspor global sudah mulai dirasakan sejak tahun lalu. Pelemahan ini akan terus berlangsung melihat masalah perang dagang antara China dan AS yang tidak kunjung henti.
Baca Juga
Aksi retaliasi China terhadap kebijakan AS semakin mengesampingkan meja perundingan. "Kemungkinan ini akan berlarut-larut sampai di titik kedua negara merasakan dampaknya terhadap ekonomi."
Ketika dampaknya terasa, kata dia, kedua negara mungkin akan kembali membuka pintu perundingan. Menurutnya, kondisi ini yang akan mengubah kondisi perdagangan global, termasuk ekspor Indonesia.