Bisnis.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan pada kuartal II/2019 diprediksi akan berada pada kisaran 2,8 persen dari PDB. Angka ini lebih besar dari perkiraan defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 yakni 2,5 persen.
Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, pada kuartal I/2019, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan berada pada kisaran 2,5 persen dari PDB yang ditopang oleh minimnya defisit dalam neraca perdagangan.
"Namun pada kuartal II/2019 kami perkirakan defisit transaksi berjalan akan naik ke level 2,8 persen sebagai konsekuensi dari besarnya arus pembayaran cicilan utang dan dividen" kata Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean dalam riset yang dipublikasikan, Kamis (9/5/2019).
Dia menambahkan, pada tahun ini pertumbuhan investasi mulai melambat dan impor barang konsumsi juga mulai turun walau tidak signifikan. Ini adalah konsekuensi dari masih cukup banyaknya proyek infrastruktur yang harus dirampungkan.
Selain itu, pasar ekspor Indonesia sedikit menciut akibat menurunnya pertumbuhan ekonomi di negara maju. "Secara keseluruhan, pada 2019 kami melihat defisit transaksi berjalan berada di angka 2,7 persen dari PDB," ujarnya.
Pada 2018 lalu, Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan yang mencapai US$31 miliar atau 3,2 persen dari PDB.
Baca Juga
Pertumbuhan belanja investasi, impor barang konsumsi dan pembayaran dividen yang tinggi adalah faktor utama di balik defisit transaksi berjalan.