Bisnis.com, JAKARTA - Pasar rantai pendingin (cold chain) di Indonesia tumbuh 4-6 persen dalam lima tahun terakhir, didorong oleh kontribusi industri dagang-el yang terus meningkat.
Estimasi Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) itu mempertimbangkan kemunculan populasi yang menggandrungi belanja online dan layanan pesan-antar makanan (food delivery), pertumbuhan industri farmasi, peningkatan pasar produk pertanian yang diiringi kenaikan konsumsi, peningkatan permintaan makanan beku, dan pertumbuhan waralaba di Tanah Air.
Berdasarkan catatan ARPI, tujuh perusahaan memimpin pasar rantai pendingin di Indonesia, yakni PT Diamond Cold Storage, Maersk Line, Wahana, PT Kiat Ananda Cold Storage, PT MGM Bosco, PT Dua Putera Perkasa, dan GAC Samudera.
"Industri rantai pendingin Indonesia diperkirakan tumbuh 8-10 persen lima tahun mendatang karena permintaan yang terus berkembang," kata Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni dalam diskusi 'Cold Chain Infrastructure and Strategy', Selasa (30/4/2019).
Pasar itu, lanjut dia, sebagian besar akan ditentukan oleh peningkatan produk tidak tahan lama (perishable goods), seperti makanan beku, farmasi, daging, seafood, dan produk susu.
Hasanuddin menyebutkan beberapa tantangan yang mengadang sistem rantai pendingin di Indonesia. a.l. keterbatasan fasilitas sehingga hanya 60 persen dari 11 juta TEUs kargo kontainer per tahun yang dapat ditangani secara profesional.
Baca Juga
ARPI mengapresiasi pembangunan terminal kontainer baru, seperti New Priok Container Terminal (NPCT) 1 dan Cikarang Dry Port.
Tantangan lainnya, masih ada reefer container yang belum dilengkapi alat monitor temperatur sehingga kerusakan atau penyusutan barang sulit diklaim kepada asuransi.
Terakhir, sangat sedikit dagang-el yang dapat menginformasikan kemampuan logistik berpendingin beserta industri pendukung. Menurut ARPI, perlu pengembangan sistem teknologi informasi yang mumpuni atau program block-chain pada masa depan.