Bisnis.com, JAKARTA -- Pembangunan rumah subsidi yang terus digencarkan oleh pemerintah juga terus dilakukan oleh para pengembang. Meskipun menjadi proyek yang cukup gencar, pembangunan massal untuk masyarakat berpenghasilan rendah harus tetap diawasi kualitasnya.
Wakil sekretaris Jenderal Ikatan Arsitektur Indonesia Denny Setiawan mengatakan bahwa pembangunan rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah perlu diawasi secara konstan agar tetap menjaga kualitasnya meskipun dengan material yang cukup ekonomis.
“Jangan sampai dengan harga pembangunan rumah subsidi yang murah, kemudian menggunakan material yang murah pula. Dikhawatirkan nantinya lalai memikirkan bagaimana keawetan material dan furnitur jangka panjangnya,” ujarnya saat dihubungi Bisnis Senin, (18/3/2019).
Baca Juga
Denny mengatakan bahwa jangan sampai rumah MBR menggunakan pintu atau jendela yang masih dipertanyakan kualitasnya. Khawatirnya, pemilihan material yang murah atau tidak kuat, memberikan beban kepada para penghuni untuk mengganti furniture setiap beberapa tahun sekali.
Dia menjelaskan bahwa kriteria rumah layak huni dalam ilmu arsitektur memiliki tiga syarat yang paling mendasar. Pertama adalah harus memiliki dasar bangunan yang kuat. Dia menyebutkan meskipun menggunakan material yang ekonomis, rumah yang kuat tetap harus diutamakan.
Selanjutnya adalah syarat fungsional. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah MBR juga wajib memiliki siklus udara dan sanitasi yang baik. Dia melanjutkan, rumah tersebut harus memiliki udara yang sehat dan tidak mengakibatkan buruk bagi kesehatan penghuni rumah.