Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Jepang Rebound Pada Kuartal IV/2018

Ekonomi Jepang rebound pada kuartal terakhir tahun lalu setelah terpukul oleh dampak bencana alam pada kuartal sebelumnya.
Sejumlah alat berat saat pengerjaan konstruksi di Tokyo./.Reuters
Sejumlah alat berat saat pengerjaan konstruksi di Tokyo./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Jepang rebound pada kuartal terakhir tahun lalu setelah terpukul oleh dampak bencana alam pada kuartal sebelumnya.

Laporan yang dirilis Kantor Kabinet Jepang pada hari ini, Kamis (14/2/2019), menunjukkan produk domestik bruto (PDB) berekspansi 1,4% secara tahunan pada kuartal IV/2018, didorong permintaan domestik.

Hasil tersebut sejalan dengan perkiraan para ekonom.Pada kuartal II/2018, ekonomi Jepang membukukan kontraksi terbesar sejak 2014 akibat bencana alam.

Sementara itu, ekspor dilaporkan naik 0,9% dari kuartal sebelumnya dan investasi bisnis naik 2,4% dari kuartal sebelumnya. Adapun konsumsi swasta meningkat 0,6% dari kuartal sebelumnya.

Rebound ekonomi Jepang menjadi angin sejuk bagi para pembuat kebijakan di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan global karena perlambatan ekonomi China dan konflik perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Namun, perbandingan dengan kuartal yang terdampak bencana alam membuat momentum ekonomi tidak sepenuhnya jelas.

Rebound tersebut sepertinya tidak akan mengubah tekad bank sentral Jepang Bank of Japan (BOJ) untuk melanjutkan stimulus saat ini, mengingat inflasi yang menurun dan ketidakpastian seputar ekonomi global.

Pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe mengupayakan perekonomian untuk menunjukkan momentum yang solid menjelang potensi kenaikan pajak penjualan pada Oktober 2019.

Dampak perlambatan China menjadi semakin terlihat ketika produsen Jepang Fanuc Corp dan Nidec Corp memangkas perkiraan laba mereka.

“Ke depan, kami memperkirakan pertumbuhan akan turun pada kuartal I, tetapi tetap sedikit di atas potensi yang cukup untuk mencegah tekanan deflasi bahkan jika penurunan harga minyak membebani inflasi IHK,” ujar Yuki Masujima dari Bloomberg Economics.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper