Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai penurunan realisasi investasi di sektor manufaktur pada 2018 didorong kondisi fiskal yang membuat investor wait and see. Meskipun begitu, dia optimistis realisasi pada 2019 akan meningkat seiring dengan adanya berbagai komitmen investasi.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Senin (30/01/2019), realisasi investasi industri manufaktur pada 2018 mencapai Rp222,3 triliun. Jumlah tersebut menurun dibandingkan realisasi 2017 sebesar Rp274,7 triliun.
Airlangga menilai hal tersebut didorong oleh naiknya suku bunga the fed yang diikuti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Kondisi pada 2018 tersebut dinilai Airlangga membawa pengaruh pada realisasi investasi.
"Serta rupiah sempat berfluktuasi sehingga investor sempat wait and see," ujar Airlangga kepada Bisnis, Rabu (30/1/2019).
Meskipun begitu, Airlangga optimistis realisasi investasi pada 2019 akan meningkat seiring ditandatanganinya berbagai komitmen investasi di sektor petrokimia, otomotif, elektronik, serta pulp dan kertas.
Dia pun mengharapkan berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah, seperti PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, fasilitas tax holiday, dan platform online single submission dapat mendorong investasi pada 2019.
Kondisi perang dagang antara Amerika Serikat dan China menurutnya dapat membuka peluang investasi di sektor yang mengantisipasi naiknya permintaan global. Sektor-sektor seperti industri tekstil dan produk tekstil, baja, serta otomotif dan komponennya dinilai Airlangga masih berpotensi tumbuh karena perang dagang.
"Perekonomian outlook-nya lebih positif walaupun perekonomian dunia masih slow growth," tambahnya.
Industri makanan mencatatkan realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp39,1 triliun atau terbesar ketiga setelah sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp58,7 triliun, dan sektor konstruksi senilai Rp45 triliun.
Dari penanaman modal asing (PMA), sektor industri pengolahan yang masuk ke dalam 5 besar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya senilai US$2,2 miliar.
Airlangga menjelaskan sektor pergudangan dan transportasi yang mencatatkan realisasi tinggi dapat mendorong kinerja industri, karena merupakan bagian dari pengembangan efisiensi logistik. Hal tersebut dapat mendorong pengembangan rantai pasok industri pengolahan.