Bisnis.com, JAKARTA – Catatan kinerja pasar perhotelan di Bali kian melejit, terutama setelah berlangsungnya pertemuan International Monetary Funds (IMF) pada Oktober tahun lalu.
Senior Manager Research Colliers International di Indonesia Nurul Yonasari mengungkapkan bahwa tingkat hunian hotel di Bali terdorong meski hanya dalam jangka waktu yang cukup pendek hingga kemudian terkoreksi pada November, periode sebelum musim liburan.
“Untuk akhir tahun kami yakin angka tingkat hunian hotal di Bali bisa kembali naik, apalagi harga kamar juga masih tertekan sepanjang 2018 karena pasar sedang berupaya untuk bisa lebih stabil,” paparnya dalam riset resmi belum lama ini.
Dari sisi permintaan, Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan bahwa wisatawan China masih mendominasi pasar perhotelan di Bali. Selanjutnya, turis India juga dinilai cukup potensial melihat banyaknya jumlah pengunjung yang datang dalam beberapa tahun belakangan.
“Kami melihat pasar rekreasi masih berperan sangat penting untuk mendorong industri pariwisata di Bali seperti pasar lainnya dari sektor MICE [meeting, incentives, conference, exhibition], pernikahan, dan acara olahraga,” paparnya.
Sedangkan dari sisi pasokan ruang hotel, ke depan diperkirakan pasokan kamar hotel hanya akan bertumbuh tipis hingga 2021. Menurut data Colliers, dari 2019 hingga 2021 diprediksi total jumlah kamar hotel hanya akan naik sebanyak 3.447 kamar secara keseluruhan mulai dari hotel hemat hingga hotel berbintang.
Baca Juga
“Dari jumlah tambahan tersebut, jumlah kamar hotel di Bali secara keseluruhan akan mencapai 65.216 kamar pada 2021,” lanjutnya.
Dari sisi tingkat hunian, Colliers memprediksi akan ada pertumbuhan sekitar 72% - 73% melihat jumlah pasok yang masih terkendali. Ditambah pula dengan Bali sebagai tujuan utama wisata dunia di Indonesia.
Sejalan dengan kinerja tingkat hunian, rata-rata harga kamar hotel di Bali diprediksi akan berada di kisaran antara US$106 – US$107 atau sekitar Rp1,5 juta per kamar.